Berita Terbaru Kota Blitar

Disparbud Pasang Relief Perjuangan Tentara PETA di Museum PETA Blitar, Begini Makna Kisahnya

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar memasang relief sejarah perjuangan tentara PETA di Museum PETA

Penulis: Samsul Hadi | Editor: faridmukarrom
Samsul Hadi/Tribun Mataraman
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Blitar memasang relief sejarah perjuangan tentara PETA di Museum PETA 

Kegiatan romusa di Pantai Serang, itu kemudian yang memicu Supriyadi bersama tentara PETA ingin memberontak terhadap Jepang.

Dalam relief juga terdapat cerita pertemuan rahasia antara Bung Karno dan Supriyadi di belakang Gereja Santo Yusup Kota Blitar. 

Di pertemuan itu, Supriyadi meminta restu kepada Bung Karno untuk memberontak terhadap Jepang. 

"Ada pertemuan rahasia antara bung Karno dan Supriyadi di belakang Gereja Santo Yusup. Dulu di sana (belakang Gereja Santo Yusup) terdapat telaga. Supriyadi mohon restu ke Bung Karno untuk berontak terhadap Jepang, tapi dilarang karena belum waktunya," katanya. 

"Karena sudah kepalang basah, akhirnya Supriyadi tetap memberontak terhadap Jepang. Kepada Bung Karno, Supriyadi bilang kalau pemberontakan gagal tidak akan menyebut nama Bung Karno," lanjutnya. 

Menurut Bondan, cerita di relief soal Bung Karno itu bukan mengada-ada, tapi terdapat dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adam. 

"Jadi dalam pemberontakan PETA, langsung tidak langsung Bung Karno terlibat. Maka itu, di relief ini potret bung Karno ada. Harapan saya, ini menjadi ikon kuat di Kota Blitar, ada dalem Gebang (rumah masa kecil Bung Karno, Makam Bung Karno, dan di sini (Museum PETA) sebagai bentuk aksi nasionalisme dan patriotismenya," katanya.

Dikatakannya, relief sejarah perjuangan Tentara PETA sebenarnya sudah dirancang sejak lama, namun baru terealisasi pada tahun ini.

Untuk itu, ketika pembangunan monumen patung tentara PETA pada 2007, di bawah patung sudah diberi space untuk menempelkan relief sejarah perjuangan tentara PETA.

Sedang proses pembuatan relief sendiri, kata Bondan, membutuhkan waktu sekitar satu tahun.

"Relief ini untuk melengkapi patung tentara PETA. Patung ini tanpa relief kayak orang bisu, ketika ditanya bingung. Dengan adanya relief, tinggal membuatkan buku panduan saja, ada ceritanya. Terpenting lagi, dengan relief ini, kami sudah memantapkan tiga ikon Kota Blitar, yaitu, Istana Gebang, Makam Bung Karno, dan Museum PETA," ujarnya. 

Wali Kota Blitar, Santoso mengatakan pemasangan relief di Museum PETA ini masih tahap awal dan akan ada tahap berikutnya. 

"Rencananya, kami juga membuat patung diorama di seluruh ruangan kosong di Museum PETA. Karena ini bangunan cagar budaya, harus diisi sejarah pahlawan PETA, sejarah pimpinan PETA Supriyadi mulai masa kecil, remaja, masa perjuangan sampai beliau tiada," katanya. 

Ia berharap, relief dan diorama sejarah PETA ini juga menjadi sarana edukasi kepada generasi muda.

"Karena kalau tidak di bangun museum, anak-anak tidak tahu bahwa di Blitar punya pahlawan seberani Supriyadi. Berani mengusir penjajah Jepang," ujarnya. 

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved