Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Dulu Nggado Sapi, Kini Yani Punya Puluhan Sapi Perah dan Jadi Juragan Susu di Pagerwojo Tulungagung

Ini kisah Yani, peternak sapi perah di Tulungagung yang mengawali karir dari memelihara sapi milik orang lain. Kin ijadi juragan susu tersohor

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
David Yohanes
: Yani (45), sedang memasang mesin pemerah di ambing susu salah satu sapi perah miliknya. 

TRIBUNMATARAMAN.COM | TULUNGAGUNG- Yani (45) warga Dusun Selogiri, Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo berjuang dari nol hingga menjadi juragan susu.

Mulai dari menjadi buruh memelihara sapi milik orang lain, kini Yani punya puluhan ekor sapi perah. Usahanya sempat terpukul saat terjadi serangan penyakit mulut dan kuku (PMK).

Saat Tribunmataraman berkunjung ke rumahnya, Yani sedang sibuk memerah susu belasan sapi di salah satu kendang miliknya.

Ayah 1 anak ini telah memanfaatkan mesin pemerah otomatis sehingga pekerjaan ini berjalan cepat. Sementara anak dan istrinya juga memerah di kandang yang lain.

“Sebelum ada PMK sapi saya ada sekitar 155 ekor. Ada 25 ekor yang dititipkan ke warga, 130 ekor dipelihara sendiri,” ucap Yani.

Namun setelah PMK, jumlah sapi perah milik Yani menyusut tajam. Ia mengaku sampai tidak hafal pasti jumlahnya, hanya memperkirakan tersisa setengah saja. Sekarang juga tidak ada lagi sapi yang dititipkan ke warga.

Yani berkisah, karena tidak punya modal, awalnya hanya memelihara sapi milik orang, atau istilahnya nggado.  Itu pun sapi pedaging, bukan sapi perah yang sedang berkembang di wilayah Kecamatan Sendang.

Dari hasil nggado itu Yani mendapatkan bagian satu ekor sapi.

Sapi pedaging itu pun ditukarkan dengan sapi perah betina dengan menambah sejumlah uang. Mulailah Yani mulai menjalankan usaha sapi perah. Bermodal kegigihan dan berhemat, sapi miliknya terus berkembang.

“Hampir setiap tahun sapinya kan beranak. Jadi dari satu berubah menjadi dua, tahun berikutnya anaknya sudah siap berproduksi,” kenangnya.

Sapi perah milik Yani pun terus berkembang hingga mencapai puluhan. Dari seorang penggado sapi, Yani berubah menjadi juragan susu. Awalnya ia harus menjual susunya di daerah Desa Gambiran, Kecamatan Pagerwojo.

Sebelum menggunakan mesin, ia mulai memerah susu pada pukul 01.30 WIB dan selesai pada pukul 07.00 WIB. Dia juga harus mempekerjakan 6 orang untuk menyelesaikan pemerahan. Sejak 5 tahun lalu Yani sudah menggunakan mesin pemerah dengan sistem vakum.

Dengan mesin ini, Yani bisa memanfaatkan waktu di sela-sela memerah ini sambil membersihkan kandang.

“Satu ekor sapi membutuhkan waktu sekitar 5 menit untuk pemerahan. Tinggal colok dan siapkan tabungnya, nanti selesai sendiri,” katanya.

Kini Yani juga menerima setoran susu dari para peternak lain. Dalam satu hari dia bisa memproduksi susu sebanyak 3.000 liter. Jumlah ini gabungan antara susu dari sapi-sapinya dan setoran pada peternak.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved