Berita Terbaru Kabupaten Trenggalek

Profil Kabupaten Trenggalek dan Cerita di Balik Julukan Bumi Menak Sopal

Berikut profil Kabupaten Trenggalek, salah satu kabupaten di Jatim berjuluk Bumi Menak Sopal.

|
Editor: eben haezer
tribunmataraman/aflahul abidin
Ilustrasi - Tugu Pancasila di Kabupaten Trenggalek 

Tulisan mengenai Kabupaten Trenggalek baru ditemukan dalam Prasasti Kamsyaka tahun 929M.

Diketahui bahwa pada masa itu daerah-daerah di Trenggalek sudah memiliki hak otonomi nya sendiri. perdikan kampak berbatasan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan yang pada waktu itu wilayahnya meliputi Panggul, Munjungan dan Prigi.

Di samping itu, disinggung pula daerah Dawuhan dimana saat ini daerah tersebut termasuk ke dalam Kabupaten Trenggalek.

Kemudian ditemukan pula Prasasti Kamulan yang dibuat oleh Raja Sri Sarweswara Triwi-kramataranindita Srengga Lancana Dikwijayatunggadewa atau lebih dikenal dengan sebutan Kertajaya (Raja Kediri) yang juga bertuliskan hari, tanggal, bulan dan tahun pembuatan prasasti tersebut.

Maka seluruh Panitia Penggali Sejarah menyimpulkan bahwa 31 Agustus merupakan tanggal yang tertera pada prasasti tersebut sebagai Hari Jadi Kabupaten Trenggalek.

Asal Usul Nama Trenggalek

Dahulu kala, ada sepasa suami istri bernama Ki Ageng Sinawang dan Raden Ayu Saraswati yang merawat seorang bayi laki-laki bernama Menak Sopal.

Berbeda dari bayi lainnya, Menak Sopal terbilang cukup unik. Setiap malam hari, ketika sedang tertidur, tubuh Menak Sopal akan mengeluarkan Cahaya bak Kunang-Kunang

Raden Ayu Saraswati dan Ki Ageng Sinawang percaya bahwa sinar itu menandakan bahwa kelak Menak Sopal akan menjadi pemuda yang luar biasa. Dugaan mereka pun benar.

Ketika Menak Sopal tumbuh dewasa, ia menjadi pria yang gemar menolong orang lain serta memiliki keahilian Malih Rupa (berubah wujud)

Suatu ketika, penduduk di sekitar tempat tinggal Menak Sopal di Padepokan Sinawang mengalami masalah kekeringan air.

Karena masalah itu, mereka kerap bertengkar karena berebut air di tepi Sungai Bagong. Menak Sopal pun ingin membantu para penduduk yang sedang kekurangan air.

Menak Sopal kemudian mengajak para pemuda di Padepokan Sinawang untuk membantunya membangun bendungan air. Tanpa butuh waktu lama, Menak Sopal dan para pemuda berhasil menyelesaikan Pembangunan bendungan. Namun, bangunan yang baru saja diselesaikan tiba – tiba ambruk.

Menak Sopal dan para pemuda segera memperbaikinya, tetapi bendungan kembali ambruk setelah diperbaiki. Rupanya, penyebab ambruknya bendungan tersebut ialah ulah seekor buaya putih yang merusak bendungan dengan sabetan dari ekornya.

Salah satu permintaan agar buaya putih tidak merusak bendungan adalah kepala seekor gajah putih.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved