Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Pembudidaya Patin Tulungagung Menangis Karena Harga Jatuh, Jual Atau Tahan Sama-sama Rugi

Pembudidaya ikan patin di Tulungagung dibuat pusing dengan harga panen yang hanya Rp 13.500 sampai Rp 14.000 per kilogram.

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
ist
Ikan patin hasil budidaya di Tulungagung. 

Karena situasi ini banyak pembudidaya ikan patin yang gulung tikar.

Sebelumnya Kementerian Agama (Kemenag) sempat melakukan survei ke Kelompok Tani Ikan Mina Makmur Desa Bendil Jati Wetan, tempat Yoyok bernaung.

Saat itu Kemenag mencari pasokan daging ikan patin untuk jamaah haji Indonesia.

Namun ternyata kebutuhan konsumsi jamaah haji ini sedikit yang dipasok dari Lampung.

Informasi yang Yoyok dapatkan, kebutuhan terbesar justru dipenuhi dari Thailand dan Vietnam.

Sementara tidak ada sedikitpun daging ikan patin yang diambil dari Tulungagung.

“Tidak seekor pun ikan kami yang diambil. Kecewanya, yang kami dengar pasokan terbesar malah dari Thailand dan Vietnam,” keluh Yoyok.

Tatang Suhartono, pembudidaya sekaligus mantan Kepala Dinas Perikanan Tulungagung, membenarkan apa yang disampaikan Yoyok.

Saat ini yang bisa menjual adalah pembudidaya yang bekerja sama dengan pabrik fillet.

Menurut Tatang, sebenarnya kondisi pasar patin belum pulih selepas pandemi Covid-19.

“Sekarang kita mayoritas masih tergantung pada pabrik fillet. Kalau pasar mereka terbatas, permintaan patin juga sedikit,” jelas Tatang.

Kondisi ini juga tidak lepas dari kelebihan produksi patin di antara pembudidaya.

Saat harga patin bagus, pembudidaya berbondong beralih ke patin.

Akibatnya saat panen bersamaan harga patin anjlok.

“Memang selama ini tidak mau ditata dengan kuota. Ini nanti pasti berbondong-bondong ke jenis ikan lain yang harganya tinggi,” pungkas Tatang.

(David Yohanes/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer 
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved