Berita Terbaru Kabupaten Gresik

Bandar Grisse: Menjelajahi Jejak Sejarah di Jalan HOS Cokroaminoto Gresik

Bandar Grisse: Menjelajahi Jejak Sejarah di Jalan HOS Cokroaminoto yang viral kini jadi tempat nongkrong anak muda.

Editor: faridmukarrom
Willy Abraham
Bandar Grisse: Menjelajahi Jejak Sejarah di Jalan HOS Cokroaminoto yang viral kini jadi tempat nongkrong anak muda. 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Jalan HOS Cokroaminoto, dengan panjangnya yang hanya mencapai 50 meter, menyimpan kekayaan sejarah yang luar biasa.

Saat ini, jalan tersebut menjadi pusat aktivitas bagi para pebisnis muda yang bergerak di berbagai bidang, mulai dari kedai kopi hingga usaha kuliner.

Setiap akhir pekan, jalan ini menjadi destinasi kuliner bagi para pelaku UMKM, dengan nuansa kota tua yang kental di kawasan Bandar Grissee. Live musik dan berbagai hiburan lainnya menjadi hiasan tambahan di sana.

Bandar Grisse, merupakan destinasi baru di Gresik mengusung konsep kota tua, diharapkan menjadi ruang baru masyarakat yang produktif. Ruang interaksi sosial yang estetik, sekaligus refleksi sejarah dan kejayaan Gresik sebagai kota bandar perdagangan pada masa-masa lampau.

Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dan Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah membangkitkan kawasan kota tua. Sejarah kejayaan Gresik masa lampau. Beragam program disiapkan sebagai stimulan untuk peningkatan perekonomian, ruang etalase budaya, produk kuliner, dan produk ekonomi kreatif lainnya yang asli Kabupaten Gresik.

Baca juga: 5 Rumah di Perumahan Graha Mutiara Indah Gresik Ambles, Penghuninya Terpaksa Mengungsi

Perlahan, geliat ekonomi di kawasan Bandar Grisse menunjukkan progres berarti. Cokro Ekraf Festival, sebuah inisiatif dari Pemerintah Kabupaten Gresik melalui Disparekraf, telah resmi dilaunching, Sabtu 2 Maret 2024 lalu. 

Cokro merupakan istilah merujuk pada nama jalan. Yakni Jalan HOS Cokroaminoto yang berada di belakang Gardu Suling. Jalan ini unik. Karena panjangnya hanya sekitar 50 meter. Konon, ia jalan terpendek. Bukan saja di Gresik. Tapi dari seluruh di Indonesia.

Pegiat sejarah Gresik, Kris Adji mengatakan banyak ruas jalan di Gresik yang berganti nama pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Dari semula nama-nama seperti Jalan Pemuda, Jalan Pendidikan, dan lain sebagainya. Berganti nama-nama pahlawan, seperti Basuki Rahmat, Panglima Sudirman, Usman Sadar, Akim Kayat, juga termasuk HOS Cokroaminoto.

"Sebenarnya lazim di kota-kota manapun. Nama pahlawan diabadikan sebagai nama jalan," kata Kris Adji, Minggu (10/3/2024).

Akan tetapi, sejauh rekam sejarah yang ia catat, ada keterkaitan historis mengapa jalan ke arah Kampung Kemasan dan Rumah Gajah Mungkur tersebut diberi nama Jalan HOS Cokroaminoto.

Tahun 1920-an. Sri Susuhunan Pakubuwana X berkunjung ke Gresik. Tepatnya ke Rumah Gajah Mungkur milik saudagar terkenal masa itu. Spesifik, kunjungan itu dalam rangka memperkuat jejaring para saudagar muslim di tanah Jawa dan Madura.

Pakubuwana X dikenal sangat moderat. Ia memberi dukungan berarti pada pergerakan nasional. Baik sejak Budi Oetomo hingga Sarekat Dagang Islam.
Ia sadar, persatuan para saudagar muslim tanah air sangat strategis untuk memberi perlawanan pada keberadaan China dan Kolonial yang monopolis.

Menurut Pak Kris, pengaruh ideologi perjuangan Sarekat Dagang sangat menonjol di Gresik pada masa itu. Mampu mengorganisir simbol-simbol sarat perlawanan para saudagar muslim pribumi akan segala bentuk penindasan dan penjajahan.

"Sebelah barat jalan itu bangunan kolonial. Sedang sebelah timur itu milik pribumi. Berhadapan. Bentuk perlawanan pengaruh dari pribumi," lanjut Kris Adji.

Karena itulah, sangat tepat bila jalan itu diberi nama HOS Cokroaminoto. Merujuk pada ideologi serta perjuangan Sarekat Dagang atau Sarekat Islam. Tak hanya untuk kemajuan para saudagar pribumi yang muslim. Tapi juga persatuan dan solidaritas para saudagar untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa.

Kemudian disusul dengan lahirnya Muhammadiyah, NU, serta organisasi pergerakan nasional lainnya. Melengkapi segenap usaha melawan penjajahan.

Dalam catatan Kris Adji, bangunan di sepanjang Jalan HOS Cokroaminoto merupakan ruko-ruko yang berusia ratusan tahun.

"Dibangun kekira tahun 1800-an," ceritanya. Sehingga dapat digolongkan bangunan ruko tertua yang ada di Indonesia," ujarnya.

Kota pelabuhan Gresik disebut Tome Pires dalam Suma Oriental, sebagai bandar yang besar dan terbaik di seluruh Jawa. 'Permata dari Jawa'. Perdagangan merupakan nadi. Sejak berabad-abad. Mempertemukan berbagai etnis bangsa. Belanda, Inggris, China, Arab, dan Melayu.

Kemudian membangun sebuah peradaban harmoni. Dalam skala kawasan, sejarah menamainya Kota Gresik. Gresik diharapkan bisa mengelolah nilai-nilai lama untuk sebuah inovasi kemajuan baru seperti di Jakarta dan Semarang.

Cokro Ekraf Fest diharapkan menjadi unsur tonggak untuk memulai, melalui proses sarat kreatif. Kuliner dan budaya sebagai tumpuan. HOS Cokroaminoto sebagai etos. Sehingga Bandar Grisse menjadi sebuah karya infrastruktur yang kuat 'soul'-nya. Kota Tua yang selalu menjadi 'Permata dari Jawa

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman

(TribunMataraman.com/ Willy Abraham)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved