Harga Beras

Harga Beras Mahal di Bojonegoro, DKPP: Baru Sedikit Petani Panen Padi

Harga beras di Kabupaten Bojonegoro belum terkendali. Di pasaran, harga bahan pangan dasar itu masih mahal sejak beberapa pekan terakhir.

Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
Ilustrasi pedagang beras 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Harga beras di Kabupaten Bojonegoro belum terkendali. Di pasaran, harga bahan pangan dasar itu masih mahal sejak beberapa pekan terakhir.

Pantauan di Pasar Kota Bojonegoro pekan ini, harga beras eceran kualitas terendah dibanderol Rp 13.500-14.000, beras medium Rp 15.500-16.000, beras premium Rp 17.500-18.000. Rerata ada kenaikan Rp 2.500-3.000 dari harga normal.

Tiga jenis harga beras yang dibanderol para pedagang beras di Pasar Kota Bojonegoro tersebut, tak ada yang di bawah atau tepat di Harga Eceran Tertinggi (HET). Alias, harga beras saat ini bertengger di atas HET seluruhnya.

Kepala Bidang Ketahanan Langan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan (DKPP) Bojonegoro Moch. Rudianto tak menampik hal itu. Dia menyebut, harga beras di pasaran saat ini memang terus alami kenaikan dan terbilang mahal.

PejabatĀ  yang akrab disapa Rudi itu menerangkan, salah satu pemicu utama mahalnya harga beras di pasaran Kabupaten Bojonegoro ini akibat belum ada atau baru sedikit terjadi panen padi pada Januari-Februari 2024.

"Para petani Bojonegoro menanam padi pada November 2023. Baru memasuki masa panen atau melakukan panen pada Februari 2024 ini," ujarnya di ruang kerjanya, Jumat (16/2/2024) siang.

Selain itu, kata dia, hasil musim tanam padi November 2023 yang akan dipanen pada Februari 2024 ini tak akan banyak. Sebab, luas sawah di Kabupaten Bojonegoro ditanami padi pada musim tanam November 2023 itu hanya 10.300 hektar.

"Hasil panen padi petani Bojonegoro Februari 2024 ini diproyeksi sekitar 37.000 ton beras. Dan beras itu tak mungkin untuk masyarakat Kabupaten Bojonegoro saja. Tentu, juga akan dibawa keluar (dari Kabupaten Bojonegoro, red)," jelasnya.

Jika beras itu tak dibawa keluar Kabupaten Bojonegoro, terang Rudi, beras itu sebetulnya cukup untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat Bojonegoro. Sebab, kebutuhan beras untuk masyarakat Bojonegoro hanya 9.000 ton per bulan.

"Namun, pembatasan bahwa beras petani Bojonegoro tak bisa dibawa keluar itu tak bisa diterapkan. Beras adalah komoditas bebas. Istilahnya, tidak punya KTP (Kartu Tanda Penduduk, red). Jadi, bisa dijual ke mana saja, " imbuhnya.

Dia meneruskan, masa panen raya padi yang akan membuat stok beras di Kabupaten Bojonegoro melimpah akan terjadi pada Maret 2024 mendatang.

"Pada Maret 2024 itu, para petani Bojonegoro yang menanam padi pada Desember 2023 akan panen raya. Total, luas sawah akan panen padi lebih dari 22.000 hektar. Proyeksinya menghasilkan 83.000 ton beras," jelasnya.

Namun, Rudi kembali menyatakan, beras sebanyak itu tak mungkin akan beredar di Kabupaten Bojonegoro saja. Beras dimaksud tentu akan keluar juga dari Kabupaten Bojonegoro sebagaimana hukum pemasaran komoditas bebas.

"Di Maret 2024, betapapun ada beras Bojonegoro dibawa keluar, kemungkinan jatah beras untuk Bojonegoro tetap surplus. Hasil beras dari petani pada Maret 2024 betul-betul melimpah. Hampir tiga kali lipat dari hasil Februari 2024," jelasnya.

Apakah melimpahnya beras pada Maret 2024 itu akan membuat harga beras turun, pejabat kelahiran 1972 ini tak bisa memastikan. Sebab, Maret 2024 memasuki bulan Ramadhan dan bulan ini acap kali memicu kenaikan harga bahan pokok.

"Yang jelas, ketersediaan beras di pasaran akan lebih melimpah dan mudah ditemui. Kecil kemungkinan beras menjadi komoditas langka pada Maret 2024 tersebut," pungkas pejabat alumni Univesitas Wijaya Putra Surabaya ini.

(yusab alfa ziqin/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved