Berita Terbaru Kota Blitar

Melihat Kerajinan Lilin Ukir Karya Pria Kota Blitar, Ramai Pesanan Jelang Tahun Baru Imlek

Kerajinan lilin ukir karya Dedy Wirabuana (43), warga Kelurahan Tlumpu, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, mulai ramai pesanan menjelang Imlek 2024

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
Dedy Wirabuana (43), menunjukkan lilin ukir karyanya di rumahnya, Kelurahan Tlumpu, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, Kamis (25/1/2024).    

TRIBUNMATARAMAN.COM - Kerajinan lilin ukir karya Dedy Wirabuana (43), warga Kelurahan Tlumpu, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, mulai ramai pesanan menjelang Tahun Baru Imlek 2024.

Sekarang, Dedy sudah mendapat pesanan puluhan lilin ukir dari pelanggan untuk perayaan Tahun Baru Imlek.

Puluhan lilin ukir tertata rapi di atas meja di ruang tamu rumah Dedy, Kamis (25/1/2024).

Puluhan lilin ukir berbagai bentuk dengan corak warna-warni itu terlihat indah menghiasi ruang tamu rumah Dedy.

Sebagian lilin ukir terlihat sudah terbungkus rapi dalam mika bening dan siap dikirim ke pelanggan.

"Lilin ukir yang sudah terbungkus ini siap dikirim ke pelanggan di Sidoarjo," kata Dedy.

Dedy sebenarnya mulai menekuni kerajinan lilin ukir di Kota Blitar pada 2009-2010. Namun, ketika itu, kerajinan lilin ukir di Kota Blitar tidak begitu ada peminat.

"Saya belajar dasar kerajinan lilin ukir dari teman, lalu saya kembangkan sendiri. Pada 2009-2010, saya sempat memproduksi lilin ukir di Kota Blitar tapi tidak jalan. Ketika itu pemasaran online juga belum begitu ramai," ujar pria berambut panjang itu.

Atas saran teman, Dedy akhirnya memboyong usaha kerajinan lilin ukir ke Kota Malang.

Di Kota Malang, kerajinan lilin ukir mendapat respons positif. Hampir lima tahun, Dedy menekuni usaha kerajinan lilin ukir di Kota Malang.

"Di Malang selama lima tahun sampai 2015. Lalu, saya pindah ke Sumatra Utara, juga produksi lilin. Di sana ikut perusahaan kelapa sawit untuk memproduksi lilin," katanya.

Pada 2021, Dedy pulang kampung dari Sumatra Utara ke Kota Blitar. Dedy sempat mencoba peluang usaha lain di luar kerajinan lilin ukir.

Selama vakum memproduksi lilin ukir, ternyata banyak pelanggan yang bertanya lilin ukir kepada Dedy.

Akhirnya, pada November 2023, Dedy kembali memproduksi lilin ukir.

"Sejak pulang deri Sumatra Utara pada 2021, saya sempat vakum dua tahun memproduksi lilin ukir. Saya mencoba usaha lain, dagang. Ternyata banyak pelanggan yang tanya. Akhirnya November 2023, saya kembali produksi lilin ukir di rumah," ujarnya.

Meski seperti babat mulai awal lagi, usaha kerajinan lilin ukir milik Dedy kali ini juga mendapat respons positif dari pelanggan.

Pesanan lilin ukir dari pelanggan lama maupun pelanggan baru mulai berdatangan. Dalam sebulan, Dedy bisa mendapat pesanan hampir 100 biji lilin ukir.

Apalagi saat momen-momen tertentu, pesanan lilin ukir milik Dedy ikut meningkat. Menjelang momen Tahun Baru Imlek sekarang ini, pesanan lilin ukir di tempat Dedy juga mulai banyak.

Pada momen Tahun Baru Imlek ini, Dedy banyak mendapat pesanan lilin ukir dengan motif naga. Tahun Baru Imlek 2024 ini merupakan tahun naga kayu.

"Ini pesanan lilin ukir untuk Tahun Baru Imlek. Bentuk lilin silinder warna merah dengan ukiran naga," kata Dedy sambil menunjukkan lilin ukir motif naga.

Momen Hari Raya Natal 2023, pesanan lilin ukir di tempat Dedy juga ramai. Ketika Natal, banyak pesanan lilin ukir dengan warna kombinasi merah, hijau dan kuning.

"Pesanan lilin ukir untuk Tahun Baru Imlek ini sudah hampir 50 biji. Untuk pengerjaan ukir, saya juga kolaborasi dengan seniman lukis Kota Blitar, Sonny," katanya.

Proses pembuatan lilin ukir milik Dedy terlihat mudah. Ia menggunakan bahan parafin dari minyak bumi untuk lilin.

Awalnya, parafin yang berbentuk padat dipanaskan sampai mencair. Setelah itu, parafin cair dicetak kembali.

Ia membuat cetakan lilin berbentuk silinder dan segi enam berbahan dari paralon dan seng.

Selesai dicetak, lilin dicelupkan pada cairan lilin yang sudah diberi pewarna. Lilin dicelupkan berkali-kali dalam cairan pewarna.

Lilin dicelupkan dalam cairan pewarna yang berbeda-beda untuk memunculkan degradasi warna saat diukir.

Selesai diberi pewarna, lilin baru diukir. Dedy menggunakan pisau yang sudah dimodifikasi untuk mengukir lilin.

Seperti sudah di luar kepala, Dedy mengukir lilin tanpa membuat pola terlebih dulu. Ia langsung mengelupas beberapa bagian lilin lalu dibentuk seperti motif ukiran.

"Lilin diukir ketika masih hangat, karena elastis, mudah dibentuk. Kalau sudah dingin, lilin kembali mengeras," ujarnya.

Proses terkahir setelah diukir, lilin kembali dicelupkan dalam cairan lilin berwarna bening agar lebih halus dan mengkilap.

Menurut Dedy, lilin ukir karyanya banyak dipesan pelanggan untuk suvenir. Lilin ukir karyanya biasanya juga untuk hiasan rumah.

"Sesuai fungsinya lilin ukir ini juga bisa dinyalakan, tapi biasanya pelanggan eman menyalakan, karena bentuknya bagus untuk hiasan," ujarnya.

Dedy menjual lilin ukir karyanya mulai harga Rp 12.000 sampai Rp 120.000 per biji. Mahal dan murahnya harga lilin ukir tergantung ukuran dan motif.

Pelanggan lilin ukir karya Dedy mayoritas lokal Jawa Timur dan Jakarta. Namun, ia juga pernah beberapa kali kirim lilin ukir ke luar negeri seperti Australia, Malaysia, Singapura dan Inggris.

"Beberapa kali pernah kirim ke Australia, Malaysia, Singapura dan sekali kirim ke Inggris. Saat ini, dalam sebulan bisa menjual hampir 100 biji lilin ukir," katanya.

(samsul hadi/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer 

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved