Implementasi Kurikulum Merdeka

Latih Daya Kolaborasi, Berpikir Kritis, dan Kreatif, Murid SMPN 1 Buduran Diajak Buat Cincau

Untuk melatih daya kolaborasi, berpikir kritis, dan kreatif, anak-anak di SMPN 1 Buduran Sidoarjo diajak mengerjakan project membuat cincau

Editor: eben haezer
ist
Produksi Cincau oleh siswa-siswi SMPN 1 Buduran, Sidoarjo 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Salah satu mimpi yang ingin diwujudkan dalam implementasi kurikulum Merdeka adalah meningkatnya kemampuan berpikir kritis pada para pelajar.

Kemampuan berpikir kritis ini juga merupakan salah satu Profil Pelajar Pancasila yang ingin dibentuk lewat Implementasi Kurikulum Merdeka.

Sesuai namanya: Merdeka Belajar, maka setiap sekolah, bahkan setiap guru, memiliki kebebasan untuk merancang inovasi pembelajaran yang paling sesuai dengan kondisi para murid dan kondisi sekolah.

Baca juga: Urban Farming, Merdeka Belajar Ala SDN Singopadu Tulangan Sidoarjo

Di SMPN 1 Buduran, Sidoarjo, terwujudnya Profil Pelajar Pancasila itu coba diwujudkan lewat kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Salah satunya membuat cincau.

Kepala SMPN 1 Buduran Sidoarjo, Heri Wahyu Rejeki mengatakan, lewat kegiatan-kegiatan yang dibentuk sebagai terjemahan dari Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila--salah satunya membuat cincau--sekolah ingin mewujudkan 4 pilar pendidikan yang betul-betul dilakukan dan diwujudkan oleh siswa.

Yakni learning to know (belajar untuk tahu), learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar untuk menjadi), dan learning to live together (belajar untuk hidup bersama) .

"Karakter yang terbentuk memberikan modal kuat untuk mampu berperan dalam lingkungan di mana siswa tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan diri dalam bersosialisasi di Masyarakat," katanya kepada tim Program Salipan (Saling Liputan) ke sekolah yang didatangkan oleh Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jatim.

"Lewat kegiatan tersebut, siswa terlatih berkolaborasi, saling menghargai, terbuka, memberi dan an menerima masukan dalam menyelesaikan project. Intinya, ada karakter siswa yang meningkat," imbuhnya.

Dalam project membuat cincau, anak-anak dikenalkan tentang bagaimana memanfaatkan banyaknya pohon cincau dan jamur yang ada di lingkungan sekolah, agar dapat menjadi produk bernilai jual. Ini adalah bentuk cara penanaman kreativitas. Selain itu, mereka juga harus mencari literatur-literatur yang menjelaskan tentang cara membuat cincau.

Kedua, mereka diajak untuk mencoba mempraktikkan cara membuat cincau.

"Ini semacam cara untuk melatih mereka mengkontekstualisasikan masalah di sekitarnya. Lalu dilanjutkan dengan tahap aksi, di mana mereka harus berkolaborasi dengan teman-temannya, serta diakhiri dengan refleksi dan tindak lanjut. bentuknya, bagaimana berwirausaha dengan cara menjual produk cincau itu di kantin sekolah," kata dia.

Dia melanjutkan, dari kegiatan-kegiatan tersebut juga dapat membantu anak-anak untuk mengeksplorasi minat dan bakatnya.

"Tentunya setiap anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda-beda. Melalui project penguatan profil Pelajar Pancasila, dapat membantu anak-anak untuk menemukan minat dan bakat tersebut, serta menyediakan ruangnya untuk mengembangkan diri lebih dini. Sebaliknya, bagi guru, akan lebih memberikan kesempatan untuk mengetahui minat, bakat, dan kemampuan siswa, sehingga dapat memberikan cara pengembangan yang paling sesuai," pungkasnya.

Penulis: Bagus Priambodo, Pengelola Website BBPMP Jatim

(tribunmataraman.com)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved