Implementasi Kurikulum Merdeka

Urban Farming, Merdeka Belajar Ala SDN Singopadu Tulangan Sidoarjo

Sebagai bentuk implementasi kurikulum merdeka, SDN Singopadu Tulangan, Sidoarjo, menggelar program urban farming untuk murid-muridnya

Editor: eben haezer
ist
Para siswa SDN Singopadu, Tulangan, Sidoarjo, melaksanakan program urban farming di sekolahnya 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Program Merdeka Belajar adalah program yang dicanangkan Mendikbudristek Nadiem Makarim sebagai jawaban atas kondisi pendidikan yang cenderung menempatkan peserta didik sebagai obyek semata.

Dengan adanya program merdeka belajar, pembelajaran pun diarahkan untuk lebih berpihak kepada murid. Guru juga tak lagi melihat hasil dan nilai akademik sebagai tolok ukur keberhasilan.

Dalam program Merdeka Belajar, sekolah dan guru memiliki kebebasan untuk merancang strategi dan inovasi sesuai dengan kebutuhan siswa dan kondisi di satuan pendidikan masing-masing.

Sehingga, sangat mungkin setiap satuan pendidikan memiliki program dan inoasi yang berbeda-beda.

Di SDN Singopadu Tulangan Sidoarjo misalnya. Di sekolah ini, salah satu program yang mengacu pada Merdeka Belajar adalah Urban Farming.

Didik Purwanto, Kepala SDN Singopadu Tulangan mengatakan, program Urban Farming dimunculkan karena berkaca pada masalah yang ada di sekitar sekolah.

"Peserta didik kami kenalkan tentang konsep hidroponik agar mereka memahami bahwa menghasilkan pangan tidak harus dengan media yang luas, tidak harus menggunakant anah, dan bisa dilakukan dalam skala mikro," kata Didik Purwanto saat dikunjungi tim Salipan (Saling Liputan) Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Timur.

Lewat program Urban Farming, pihaknya juga ingin mengasah kemampuan siswa untuk bernalar kritis.

"Ini juga sebagai bentuk kepedulian untuk memberikan penggambaran solusi dari ancaman krisis pangan global. Agar peserta didik tahu bahwa ancaman krisis pangan global kita bisa atasi, salah satunya lewat urban farming. Dengan ini, melatih peserta didik bernalar kritis, inovatif, dan mandiri," tuturnya.

Dia menyatakan, urban farming ini dianggap sebagai sebuah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak didik.

Sehingga, mereka pun menikmati masa-masa belajarnya di sekolah. Termasuk, ketika diminta untuk memantau pertumbuhan dari tanaman yang mereka rawat secara hidroponik dan membuat laporannya. Dari membuat laporan tertulis tersebut, secara tidak langsung, anak-anak juga diasah kemampuan literasinya.

"Laporan itu membantu peserta didik untuk bisa menyusun kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga menjadi laporan pengamatan yang runtut. Anak-anak juga dilatih untuk berkolaborasi karena proyek urban farming ini dilakukan secara berkelompok. Dengan kata lain, program urban farming ini telah membantu mewujudkan proyek penguatan profil pelajar Pancasila," sambungnya.

Penulis: Bagus Priambodo, Pengelola Website BBPMP Jatim

(tribunmataraman.com)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved