Implementasi Kurikulum Merdeka

Cerita Guru Penggerak Mengawal Perubahan Sistem Pendidikan di Sekolah

Program Guru penggerak sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka, telah membawa banyak perubahan pada sistem pendidikan di sekolah.

Editor: eben haezer
ist
Ilustrasi 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Program Guru penggerak sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka, telah membawa banyak perubahan pada sistem pendidikan di sekolah.

Setidaknya hal itu diamini oleh Niki Purwane Rahayu, Guru penggerak angkatan 5 dari SMPN 1 Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto.

Kepada tim Program Saling Liputan (Salipan) ke sekolah yang diinisiasi Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jatim, Niki mengatakan bahwa Program Guru Penggerak telah berkontribusi mendorong perubahan yang nyata di sekolahnya.

Dia pun mengatakan, sejak awal sudah penasaran dengan program tersebut.

"Jauh sebelum (Kabupaten Mojokerto) menjadi daerah sasaran pada angkatan 5, saya berinisiatif mencari tahu info-info program mulai dari persyaratan, kriteria, proses seleksi, pelaksanaan, sampai dengan dampak berkelanjutan setelah menjadi Guru Penggerak," katanya.

Dia menambahkan, peluang jenjang karir bukanlah satu-satunya alasan yang membuatnya tertarik terlibat dalam program guru penggerak.

Tetapi dia melihat bahwa zaman berkembang semakin pesat sehingga guru membutuhkan pengembangan pengetahuan untuk siap menghadapi murid yang juga berubah seiring perkembangan zaman itu.

"Dengan menjadi pembelajar sepanjang hayat, kita akan mampu mengikuti, menyongsong dan menghadapi perubahan seperti apapun," tuturnya.

Dia melanjutkan, sejak adanya program Guru Penggerak, dia sadar bahwa mendidik tidak hanya menyampaikan ilmu dan hasil. Lebih dari itu, mengawal prosesnya adalah jauh lebih penting.

Kesadaran itu pun membuahkan berbagai perubahan di sekolahnya.

Kini, dia menyatakan bahwa pembelajaran sudah berpihak pada murid.

"Sekolah kini memberikan kesempatan yang sama dengan cara yang murid sukai. Juga sudah memperhatikan kebutuhan belajar murid, sehingga terfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi," urainya.

Selain itu, kegiatan refleksi untuk mengetahui hal-hal yang sudah berjalan dengan baik dan belum, juga sudah mulai berubah menjadi kebiasaan.

"Komunitas belajar sekolah juga semakin aktif dengan kegiatan-kegiatan rutin dan insidental yang dilaksanakan bersama untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Misalnya dalam hal pengerjaan Platform merdeka Mengajar, Sharing metode, inovasi pembelajaran, dan berbagi praktik baik lain," kata Niki.

"Sebelumnya, sekolah lebih memprioritakan hasil atau nilai. Sementara, proses yang dipakai tidak begitu diperitungkan. Pemberian hukuman pada anak yang melanggar peraturan juga masih ada," kenangnya.

Penulis: Bagus Priambodo, Pengelola Website BBPMP Jatim

Tribunmataraman.com

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved