Kebakaran di Jemur Wonosari

Telat Lapor Damkar, Kebakaran di Jemur Wonosari Jadi Makin Besar

Kebakaran gudang pernak-pernik bayi di Jemur Wonosari, Surabaya, menjadi besar karena telat dilaporkan kepada petugas Damkar.

Editor: eben haezer
tony hermawan
Petugas pemadam kebakaran melakukan pembasahan di lokasi kebakaran gudang pernak-pernik bayi di Jemur Wonosari, Surabaya 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Kebakaran rumah merupakan momok yang kehadirannya tidak pernah diharapkan. Bila sudah kadung terjadi, sudah semustinya bertindak cepat dan tepat. Segera telepon pemadam kebakaran, sebab jika terlambat api bisa bertambah besar.

Sudah berkali-kali Petugas Pemadam Kebakaran Surabaya mensosialisasikan cara menghadapi bencana itu. Akan tetapi, masih ada saja warga ketika melihat potensi kebakaran; semacam konsleting listrik atau elpiji bocor menyebabkan percikan api kecil, namun masih ragu-ragu untuk melapor. Akibatnya, ketika api sudah semakin besar sulit dipadamkan.

Kamis (24/8) pukul 14.00, rumah dua lantai nomor 4 di Perumahan Jemursari Utara I, Kelurahan Jemur Wonosari, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, dilanda kebakaran.

Saat musibah itu berlangsung di dalam rumah ada 10 orang. Diketahui, memang Viktor, sang pemilik sehari-hari menggunakan rumah itu untuk tempat produksi boneka dan pakaian bayi.

Orang yang pertama kali tahu ada kebakaran adalah salah seorang karyawan perempuan bernama Khena. Ia yang saat itu baru saja melaksanakan Salat Dhuhur di lantai II, melihat ada asap tebal muncul dari plafon. Dia kemudian buru-buru turun untuk memberitahukan kepada teman-temannya.

Achmad yang saat itu sedang tidur langsung terbangun. Dia dan temannya yang laki-laki naik ke lantai II. Barang-barang yang bisa diselamatkan kemudian diangkuti ke lantai I.

Tindakan yang dilakukan Achmad dan teman-temannya sangat dramatis. Mereka mengangkuti barang-barang dalam keadaan ruangan lantai II penuh dengan asap hitam. Usaha mereka berhenti ketika banyak plafon yang mulai runtuh.

"Saat plafon banyak jatuh kebakaran tambah besar. Puing-puingnya itu kena pakaian-pakaian. Akhirnya, kami memutuskan menyelamatkan diri," ucap Ahmad.

Saat itu ternyata sudah ada banyak warga sekitar yang berkerumun di depan rumah. Achmad setelah itu menghubungi petugas pemadam dan bosnya untuk meminta bantuan. Regu penyelamat belum datang,
api terlihat sudah merembet ke bangunan lantai I.

Rumah itu memang memiliki lift barang yang menghubungkan lantai I dan II. Kemungkinan api dari atas ke bawah merambat dari kabel-kabel lift. Saat itulah, kebakaran menjadi sangat parah.

Mengatasi kebakaran ini 16 unit mobil damkar dikerahkan. Lantaran titik api ada di lantai 2 air difokuskan menyiram dari atap. Hingga akhirnya, api berhasil dipadamkan setelah 3 jam petugas damkar berjibaku di lokasi.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) Dedi Irianto mengurai hal-hal yang membuat penanganan sulit karena di dalam rumah banyak barang-barang mudah terbakar. Contohnya dakron, kain-kain, dan plastik. Ditambah lagi, penghuni rumah disebut baru melaporkan kejadian ketika api sudah besar.

"Kejadian telat laporan itu sangat banyak. Rata-rata mereka itu takut laporan karena dikira layanan kami berbayar. Padahal semua layanan kami itu gratis. Gak usah ragu-ragu melapor kalau tahu ada asap. Laporan lebih cepat Itu lebih baik. Kalau kemudian api kecil berhasil dipadamkan tapi kami terlanjur datang ya gak papa. Kami akan bantu melakukan pengecekan. Sekali lagi itu semua gratis," ucapnya.

(tony hermawan/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved