Mahasiswa Meninggal di Gunung Arjuno

Jenazah Mahasiswa UB yang Meninggal Saat Mendaki Gunung Arjuno Sudah Dipulangkan ke Kampung Halaman

Jenazah mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang meninggal saat mendaki gunung Arjuno, telah dibawa pulang keluarga ke kampung halaman

Editor: eben haezer
ist
Proses evakuasi jenazah Yodeka Kopaba.(Pusdalops Batu) 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Jenazah Yodeka Kopaba (21), mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang meninggal saat mendaki gunung Arjuno, telah dibawa pulang keluarga ke kampung halaman.  

Menurut Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kota Batu, Agung Sedayu, petugas sempat menunggu kedatangan pihak keluarga Yodeka yang berada di luar pulau.

Kemudian setelah keluarga sampai, dilakukan penyerahan jenazah dan saat ini jenazah tengah berada di perjalanan menuju rumah duka yang beralamat di Kubu Tapi, Sei Rotan Batu Taba, IV Angkek Agam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, untuk dimakamkan.

Baca juga: Kronologi Meninggalnya Mahasiswa UB Asal Sumut saat Mendaki Gunung Arjuno

“Jenazah keluar dari rumah sakit pagi tadi jam 09.00 WIB dan langsung dibawa ke Juanda Surabaya. Kemudian pesawat transit di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta 2 jam dan sesuai jadwal mendarat di Bandara Minangkabau nanti malam pukul 20.00 WIB,” kata Agung Sedayu, Senin (21/8/2023).

Sementara itu terkait penyebab meninggalnya Yodeka, diduga kuat meninggal karena mengalami hipotermia atau kedinginan ketika mendaki dan pihak keluarga mengaku sudah ikhlas, sehingga tidak dilakukan visum.

“Pihak keluarga tidak menginginkan jenazah divisum,” jelasnya.

Sementara itu Wibowo, salah satu relawan yang ikut mengevakuasi Yodeka menuturkan, setelah mendapat laporan saat hendak mengevakuasi korban, kondisi korban sudah dalam keadaan tak sadarkan diri dan keluar busa dari hidungnya.

“Minggu pagi sekitar jam 09.00 WIB kurang, saya menuju Pos 2 untuk mengecek kondisi korban setelah mendapat laporan. Saat itu saya lihat badan korban sudah dingin dan keluar busa dari hidung, karena bagian depan tubuh korban sempat berusaha ditekan untuk di pompa oleh teman-temannya. Saat itu detak jantungnya sudah enggak ada. Lalu sempat kami upayakan bantuan nafas buatan tapi memang kondisinya sudah dingin,” terang Wibowo.

Setelah mendapati korban sudah tak berdaya, Wibowo turun untuk menghubungi relawan lainnya dan korban dievakuasi menggunakan peralatan seadanya untuk dibawa ke Rumah Sakit Hasta Brata.

"Karena jalurnya sempit akhirnya kami gotong  pakai peralatan seadanya. Pakai kayu, tali, matras dan diangkat secara bergantian. Proses evakuasi sekitar 2 jam untuk turun,” ujarnya.

Lebih lanjut Wibowo membeberkan, informasi dari rekan korban, korban mengaku saat mendaki sudah merasakan tidak enak badan, hingga akhirnya memutuskan istirahat di Pos 2.

(dya ayu/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved