Ibadah Haji 2023
Mbah Putinah dan Mbah Soleh: Kisah Inspiratif Pasangan Jemaah Haji Tuna Netra yang Menunaikan Haji
Kisah perjuangan dan kegigihan seorang kakek bernama Mbah Mohammad Soleh yang berusia 77 tahun dan istri Mbah Putinah (75 tahun) untuk haji.
TRIBUNMATARAMAN.COM - Dengan terus menggandeng tangan suaminya, perempuan sepuh Mbah Putinah (75) mengajak Mbah Mohammad Soleh (77) menuju Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Nenek Putinah terus mendampingi Kakek Soleh kemana pun pergi.
Keduanya adalah jemaah haji asal Magetan yang tergabung di Kloter 13 Embarkasi Surabaya. Saat kedua pasangan sepuh itu hendak menuju lorong Asrama Haji Sukolilo Surabaya, mereka juga didampingi petugas. Pasangan kakek nenek tersebut terlihat masih segar bugar.
Tampak Mbah Soleh harus memperbaiki posisi kaca mata hitamnya saat dibimbing istrinya menyusuri jalan menuju kamar Asrama Haji Sukolilo. "Ini pakai kaca mata hitam bukan gaya-gayaan. Tapi kebetulan Mbah Soleh adalah jemaah haji tuna netra," ucap petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya.
PPIH Embarkasi Surabaya siap mendampingi Mbah Soleh selama pelaksanaan ritual haji. Baik dari daerah, menuju Asrama Haji, hingga ke tanah suci.
Mbah Soleh bersama istrinya tidak menyangka kalau keduanya bisa dipanggil ke Tanah Suci tahun ini. Apalagi mereka juga baru dua Minggu yang lalu dapat pemberitahuan bahwa Mbah Soleh bisa berangkat haji.
"Wekdal corona (pandemi), kami terose masuk cadangan. Alhamdulilah, Kulo kaleh mbah utine saget bidal ngilen (haji)," ucap Mbah Soleh.
Mbah Soleh menceritakan kalau dia mendaftar haji bersama istrinya pada 2011. Saat itu dia bertekad mewujudkan cita-citanya bisa naik haji. Namun Mbah Soleh berjanji setelah anaknya tak lagi sekolah akan mendaftar haji.
Kakek yang bekerja sebagai petani di kampungnya ini terus menegakkan niat mulianya menyempurnakan rukun Islam kelima, berhaji. Mbah Soleh yang memiliki bidang tanah yang tidak luas tetap menunggu anaknya tamat kuliah.
"Anak-anak saya ada empat. Seharusnya enam yang dua sudah meninggal. Saat anak-anak masih sekolah, timbul niat tulus kalau anak-anak sudah lulus kuliah, mentas semua akan naik haji," tekadnya kuat.
Keluarga pun mendukung niat mulia sang kakek. Kebetulan Mbah Soleh punya celengan tanah, meski tidak luas. Begitu pada 2011, anak-anaknya sudah selesai kuliah, kakek tersebut memutuskan daftar haji. Sebagian bidang tanahnya pun dijual untuk mendaftar.
Padahal tanah itu termasuk yang sudah disiapkan untuk biaya kuliah anak-anaknya. Namun saat anaknya lulus kuliah ternyata tidak sampai menjual aset tanah miliknya.
"Tanah sudah terjual, tetapi karena uang yang diperoleh masih belum cukup untuk bisa daftar haji berdua dengan istri saya, maka kami juga meminjam dana talangan haji untuk menutup kekurangannya," kata Soleh.
Awal Tuna Netra
Mbah Soleh terus berjalan didampingi istrinya, Mbah Putinah. Mereka tak henti-hentinya berucap syukur. Meski hanya petani biasa, namun keduanya bisa menunaikan ibadah haji bersama. Mbah Soleh tidak pernah menyangka akan mendapatkan jatah naik haji tahun ini.
Apalagi sudah 46 tahun lalu, kakek tersebut menderita tuna netra atau tidak bisa melihat. Namun takdir tidak bisa siapa pun mencegah. Mbah Soleh yang buta dipanggil dan berhak mengisi kuota jemaah haji 2023.
Mbah Soleh mengaku bahwa insiden meledaknya bateri itu yang merenggut penglihatannya untuk selama-lamanya. Saat itu sekitar 1977 atau 46 tahun lalu, kakek itu berinisiatif memperbaiki accu rusak.
"Saya coba dengan menempelkan bola lampu, mungkin ada kabelnya yang salah. Tiba-tiba meledak kena dua mata saya. Kedua mata saya rusak parah hingga sampai saat ini saya tidak bisa melihat lagi," kenangnya sedih.
Setelah mendapat musibah matanya cacat, Mbah Soleh yang sebelumnya bekerja sebagai petani tidak bisa bekerja lagi. Sang istri pun, Mbah Putinah mau tidak mau saat itu harus menjadi tulang punggung untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga.
"Saya bekerja serabutan seadanya mulai dari bertani hingga buruh pabrik tebu. Pokok ada pekerjaan halal saya mau yang penting dapat uang untuk biaya kebutuhan," tutur Putinah terkenang.
Setelah sekian lama tidak bekerja, Mbah Soleh mendapat kesempatan belajar memijat. Berbekal ilmu memijat, Mbah Soleh sering mendapat panggilan untuk memijat. "Kalau pijat capek biasa, saya tidak melayani. Saya memijat pasien yang sakit seperti panas, batuk-batuk, dan sejenisnya.
Di usianya yang sudah uzur ini, Mbah Soleh masih mampu memijat pasien-pasiennya. Karena banyak orang yang minta tolong untuk memijat, pasien Mbah Soleh makin banyak. Jasa pijat seikhlasnya ditabung. Mbah Soleh bisa membiayai anak-anaknya kuliah bahkan membeli tanah.
Sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid, Mbah Soleh bersama istri tercintanya berangkat tahun ini. Bahkan sebelumnya, Mbah Soleh pada November 2022 bisa umrah bersama istrinya.
"Saya dan istri berkesempatan berangkat umrah atas bantuan anak-anak. Tak disangka tak dinyana Mei 2023 saya berangkat lagi ke tanah suci untuk berhaji. Jadi dalam waktu 6 bulan ini saya ke tanah suci dua kali," tutur Mbah Soleh penuh syukur.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman
(tribunmataraman.com/ Faiq)
Ibadah Haji 2023
Mbah Putinah
Mbah Mohammad Soleh
Asrama Haji Sukolilo Surabaya
Jemaah haji Magetan
embarkasi Surabaya
Kakek dan nenek haji
Tuna netra
Petugas PPIH
Aturan Penjemputan Jamaah Haji Dari Trenggalek Jatim yang Akan Pulang Besok, Satu Mobil Boleh Masuk |
![]() |
---|
667 Jamaah Haji Asal Indonesia Wafat di Tanah Suci Selama Ibadah Haji 2023, Tak Pernah Sebanyak ini |
![]() |
---|
Innalillahi, Ketua Regu Rombongan Haji Dari Munjungan Trenggalek Wafat di Tanah Suci |
![]() |
---|
Pasangan Jamaah Haji Trenggalek Dipisahkan Maut Saat di Tanah Suci, Suami Meninggal Karena Kelelahan |
![]() |
---|
Penjelasan PPIH Soal Jamaah Haji yang Terdampak Kemacetan di Jalur Mina - Muzdalifah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.