Eksekusi Ruko Belga

Pemkab Tulungagung Berharap Tak Ada PHK Setelah Kawasan Ruko Belga Dieksekusi

Pemkab Tulungagung berharap tidak ada PHK sebagai dampak dari eksekusi pengosongan Belga Swalayan di kawasan Ruko Belga.

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
Para karyawan Belga Swalayan di Tulungagung menancapkan bendera Merah Putih di depan toko mereka, sebelum menggelar upacara perpisahan, Rabu (14/12/2022). Hari ini adalah hari terakhir, sebab kawasan pertokoan Belga dieksekusi oleh Pengadilan Negeri Tulungagung.   

TRIBUNAMTARAMAN.COM - Pengadilan Negeri Tulungagung telah mengosongkan kawasan pertokoan Belga di Jalan Agus Salim, dan dikembalikan ke Pemkab Tulungagung.

Akibat eksekusi pengosongan ini, ada Belga Swalayan yang terkena dampak secara langsung.

Toko mereka di kawasan ini terpaksa ditutup, karena lahannya dikembalikan ke Pemkab Tulungagung.

Baca juga: Tangis Haru Karyawan Belga Swalayan Tulungagung, Sebelum Tokonya Dieksekusi Pengadilan

Kepala Toko Belga Swalayan Agus Salim, Utomo mengatakan ada 70 pekerja.

Dari jumlah itu, hanya 20 orang pekerja lama yang dialihkan ke toko lainnya, di Mal Apollo.

Sementara 50 orang lainnya berisiko diberhentikan dari pekerjaannya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Tulungagung, Agus Santoso, mengatakan kondisi Belga Swalayan Agus Salim termasuk situasi tak terduga.

Sebab perusahaan ini tutup bukan atas kemauan pemiliknya, melainkan karena lahannya dieksekusi.

"Tidak ada niat manajemen menutup usahanya. Tapi karena lahannya dieksekusi, mereka terpaksa menutup toko," terang Agus.

Lanjut Agus, pihaknya berharap Belga tidak melakukan pemutusan hubungan kerja.

Sebab jika hal itu dilakukan maka akan menambah pengangguran terbuka di kabupaten Tulungagung.

Karena itu Disnakertrans juga menyiapkan solusi alternatif dengan memberikan bantuan pelatihan.

"Selain pelatihan ketrampilan kerja, kami juga akan bantu dengan alat kerja. Sehingga mereka bisa membuka usaha untuk diri sendiri," sambung Agus.

Usulan solusi ini akan disampaikan ke Bupati Tulungagung.

Saat ini pelatihan yang disiapkan di bidang jahit menjahit untuk perempuan.

Sementara bagi laki-laki disiapkan pelatihan keterampilan las.

"Kami berharap tidak ada PHK. Tapi kami juga harus siapkan antisipasi," ujar Agus.

Diakui Agus, saat ini tingkat pengangguran terbuka di Tulungagung mencapai 7 persen dari angkatan kerja produktif.

Angka ini meningkat dari sebelumnya sebesar 5 persen lebih.

Namun menurutnya, kenaikan angka ini juga disebabkan waku survei pengangguran dilaksanakan selepas lulusan sekolah.

Lulusan setingkat SMA yang belum dapat perguruan tinggi, atau yang belum bekerja akan terdata sebagai pengangguran.

Angka ini diyakini akan menurun menjelang akhir tahun.

Meski memang ada pengangguran baru yang muncul karena berbagai faktor, seperti pemutusan hubungan kerja.

"Karena itu mereka yang terancam PHK ini harus dilindungi. Jangan sampai jadi pengangguran baru," tandas Agus.

(David Yohanes/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved