Tragedi Kanjuruhan

Kesaksian Andreas Aremania Pasuruan, Hendrik Niat Nolong Aremanita Pingsan Justru Nyawanya Terenggut

"Jujur saya tidak menyangka. Niatnya menolong perempuan itu, justru dia juga ikut akhirnya tidak tertolong," jelas Andreas.

Editor: Anas Miftakhudin
Galih Lintartika
Andreas, Aremania Pasuruan saksi hidup yang selamat dalam tragedi Kanjuruhan. Hendrik Gunawan sahabat karibnya yang berangkat nonton bareng jadi korban. 

"Tapi tiba - tiba, suporter yang turun ke lapangan berlarian mendekat pagar tribun penonton. Dari arah lapangan, terlihat tembakan gas air mata bertentangan. Saya dan Hendrik langsung ketakutan dan mempercepat melepas spanduk," jelasnya.

Ia dan Hendrik langsung berusaha keluar dari Stadion.

Di sana, ia melihat banyak suporter yang sudah pingsan di tribun penonton. Sampai akhirnya, kata dia, Hendrik Gunawan memutuskan menghentikan langkahnya untuk menolong suporter wanita yang jatuh pingsan.

"Masih muda, mungkin usia 16 tahun. Dia (Hendrik) memilih untuk menolongnya. Saya tawarkan untuk keluar bersama, saya disuruh keluar dulu, nanti dia menyusul sama perempuan itu. Ya akhirnya saya keluar dulu meninggalkannya," paparnya.

Andreas mengaku keluar melewati pintu keluar yang sempat tidak terbuka. Padahal, di dekat pintu keluar sudah berjubel orang yang menunggu giliran untuk keluar.

"Saya harus lompat pagar untuk bisa keluar cepat," tambahnya.

Setelah itu, ia menceritakan di luar stadion terjadi keributan.

Banyak suporter yang mengajukan dan membakar truk dan mobil di sana.

Andreas mengaku hanya duduk dan menunggu kedatangan Hendrik Gunawan. Ia menunggu di parkiran sepeda motor.

"Saya tunggu sampai jam setengah 1, tapi tidak ada kabar sama sekali. Kunci sepeda motor dan perlengkapan lainnya, dibawa Hendrik. Akhirnya saya ketemu sama teman dari Purwosari yang kebetulan juga mencari temannya yang tak kunjung kembali," paparnya.

Ia mengaku sekira pukul 02.00 wib keliling ke Stadion lagi dan mencari Hendrik Gunawan. Bahkan, ia berkeliling dua kali. Namun ia tidak menemukan Hendrik. Ia lantas disarankan penjaga parkir datang ke rumah sakit terdekat untuk mencari keberadaan sahabatnya.

"Akhirnya saya sama teman dari Purwosari keliling rumah sakit. Dan, ketemu sama Hendrik tapi sudah di kantong jenazah. Saya langsung sedih dan panik seketika itu. Saya tidak bisa berkata - kata mas, sahabat saya pergi selamanya," ujarnya.

Andreas mengaku tidak menyangka teman nonton sepakbolanya sudah tiada. Sepanjang jalan pulang ke rumah, ia tidak henti meneteskan air mata.

"Jujur saya tidak menyangka. Niatnya menolong perempuan itu, justru dia juga ikut akhirnya tidak tertolong," jelas Andreas. (Galih Lintartika)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved