Berita Tulungagung
Permintaan Rumah Masih Tinggi, Pengembang di Tulungagung Semakin Kesulitan Lahan
Pemintaan rumah untuk MBR di Kabupaten Tulungagung sebenarnya tinggi. Namun para pengembang terkendala mahalnya harga tanah di Tulungagung
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.com | TULUNGAGUNG - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Tulungagung berharap pemulihan penjualan di tahun 2022 ini.
Sebab selama tahun 2020-2021, Apersi mencatat penurunan pasar 30-40 persen karena pandemi Covid-19.
"Kalau sekarang situasi mulai merangkak naik," ujar Ketua Apersi Tulungagung, Wahyu Hermanto, saat Perkim Expo di Dinas Permukiman dan Kawasan Permukiman (Perkim), Rabu (24/8/2022).
Setiap tahun ada sekitar 300-400 sediaan perumahan di bawah Apersi.
Dari total sediaan perumahan, 70 persen di antaranya diperuntukkan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Namun para pengembang terkendala mahalnya harga tanah di Tulungagung.
"Untuk bisa untung, harga tanah maksimal Rp 4.000.000 per Ru. Wilayah Kecamatan Kota dan Kedungwaru sudah tidak bisa untuk MBR," sambung Wahyu.
Lanjutnya, kedua kecamatan itu harga tanah saat ini rata-rata Rp 6.000.000-Rp 7.000.000 per Ru.
Karena itu para pengembang tidak punya pilihan selain mencari lahan menjauh dari kota.
Banyak di antaranya yang membangun di Kecamatan Ngantru dan Kecamatan Ngunut.
"Dengan harga tanah saat ini, yang memungkin wilayah Sumbergempol ke arah timur," ungkap Wahyu.
Namun kondisi ini menjadi kendala, karena mayoritas warga yang tidak punya rumah ada wilayah perkotaan.
Konsumen ini rata-rata tidak mau rumah di pinggiran dengan alasan ingin dekat dengan tempat kerja.
Sehingga rumah terlalu jauh juga kurang diminati oleh warga.
"Jadi antara keinginan (konsumen) dan idealnya tidak ketemu," tandasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/mataraman/foto/bank/originals/kebutuhan-rumah-di-tulungagung-tinggi.jpg)