Berita Trenggalek

Manfaatkan Daun-daun di Sekitar Rumah untuk Ciptakan Busana Ecoprinting Bernilai Rupiah

Anik Mintorowati, warga Trenggalek memanfaatkan daun-daun berguguran di sekitar rumahnya untuk membuat kerajinan ecoprinting

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/aflahul abidin
Anik Mintorowati saat mewarnai kain dengan teknik ecoprinting. 

TRIBUNMATARAMAN.com | TRENGGALEK - Anik Mintorowati sudah lebih dari tiga tahun menekuni kerajinan ecoprinting.

Ecoprinting merupakan teknik pembuatan pola dan pewarnaan kain memakai bahan alami seperti daun dan bunga.

Dari tanaman-tamanan di sekitar rumahnya di Desa Buluagung, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, Anik dapat membuat motif-warna yang unik dan otentik dalam selembar kain.

"Untuk motif dan warna, saya mengambil dari daun-daun, utamanya yang ada di sekitar rumah," kata Anik.

Selain berfungsi sebagai pembentuk motif, daun juga bisa menghasilkan berbagai warna alami sesuai pigmen yang ada di dalamnya.

"Misalnya, untuk warna merah, saya menggunakan daun secang. Untuk warna kuning, menggunakan daun tegeran," sambungnya.

Anik menyebut, daun-daun bisa menghasilkan banyak warna. Proses pemunculan warna ditentukan oleh pigmen daun dan komposisi cairan kimia yang dipakai untuk merendam kain.

Nahkan kadang-kadang, jenis kain turut mempengaruhi kelir yang akan muncul dalam proses pewarnaan alami itu.

Perpaduan beberapa jenis daun juga bisa menghasilkan warna baru yang otentik.

"Meski beberapa warna tidak gampang untuk dimunculkan. Misalkan warna biru, itu lebih susah," lanjut Anik.

Setiap harinya, Anik membuat "batik" ecoprinting di halaman belakang rumahnya. 

Dibantu sang suami, proses pewarnaan kain berlangsung dalam beberapa jam saja.

Tapi untuk menghasilkan produk kain ecoprinting yang sempurna, butuh waktu total sekitar sepekan.

"Yang lama itu proses oksidasi. Jadi setelah melalui tahap pewarnaan, kain diangin-anginkan selama tujuh hari untuk 'mengunci' warna," terang dia.

Selain warna dalam motif, Anik juga memanfaatkan pigmen daun-daun untuk membuat warna dasar kain.

Warna dasar itu diperoleh dari proses "transfer" warna: selembar kain polos untuk bahan utama direkatkan dengan kain yang telah berkelir dari pewarna alami.

Di antara dua kain itu, daun-daun ditempelkan untuk memunculkan motif dan warna baru.

Setelah digulung dan diikat, kain itu kemudian dikukus selama kira-kira dua jam.

Setelah semua selesai, kain baru diangin-anginkan untuk proses oksidasi.

Proses pembuatan motif dan warna dengan teknik ecoprint sebenarnya sederhana saja.

Tapi, butuh pengetahuan dan pengalaman untuk mengidentifikasi warna-warna yang tersimpan dalam daun.

"Intinya bikin ecoprinting itu harus teliti dan jeli. Bagaimana memadukan warna alam dari daun. Ini butuh pengalaman juga karena kadang daun yang sama memunculkan jejak warna yang berbeda. Harus hafal perpaduan-perpaduan itu," tutur dia.

Anik menjual hasil ecoprinting buatannya dalam bentuk kain dan produk jadi.

Untuk kain, ia mematok harga antara Rp 250 ribu hingga Rp 1 juta per lembar. Harga bergantung jenis kain yang dipakai.

"Untuk kain sutra super 56, yang paling bagus yang saya buat, harganya antara Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta," terang dia.

Untuk produk jadi, Anik membuat aneka jenis. Mulai dari baju, dompet, tas, baju, topi, hingga sepatu.

Rentang harga produk ini relatif lebih sempit, antara Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu.

Produk buatan Anik sudah menyebar ke berbagai kota di Tanah Air.

Beberapa desainer kenamaan juga memesan produk setengah jadi darinya.

Saat ini, Anik juga tengah mengaplikasikan teknik ecoprinting pada kulit sapi. Rencananya, kulit ecoprinting itu akan dipakai untuk produk tas.

Karena memakai pewarna alami, perawatan produk ecoprinting tak bisa sembarang.

Ibu dua anak itu menyebut, produk ecoprinting tak boleh dicuci dengan detergen.

"Karena warna alam. Kalau ketemu detergen, otomatis tidak kuat," ucap dia.

Selain itu, produk ecoprinting juga sebaiknya tak dijemur di bawah sinar matahari langsung. Cukup diangin-anginkan di tempat teduh.

"Kalau disetrika, juga jangan pakai suhu panas. Kalau perawatannya bagus dan tepat, produk ini tidak kalah dengan produk dengan pewarna sintetis," ucap dia. 

 

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved