Berita Surabaya

Nenek di Siwalankerto Surabaya 3 Hari Tidur Dengan Jenazah Bayi Anaknya Karena Takut Ancaman Bunuh

Nenek di Surabaya selama 3 hari terpaksa tidur dengan jenazah bayi anaknya karena diancam bunuh oleh anaknya.

Editor: eben haezer
Luhur Pambudi
Tersangka penganiaya bayi di Siwalankerto, Surabaya, Eka Sari Yuni Hartini (26). 

Reporter: Luhur Pambudi

TRIBUNMATARAMAN.com | SURABAYA - Selama 3 hari, Eti Suharti Basri (47) tidur bersama mayat bayi 5 bulan. 

Perempuan yang tinggal di jl Siwalankerto Tengah, kecamatan Wonocolo, kota Surabaya ini tak berani membocorkan kematian bayi tersebut karena takut. 

Pasalnya, anak Eti yang juga ibunda dari bayi malang tersebut, Eka Sari Yuni Hartini (26), mengancam akan membunuh Eti bila nekat membocorkan kematian si bayi. 

Namun pada akhirnya, Eti tak tahan untuk merahasiakan kematian bayi tersebut. Apalagi, jenazah bayi itu akhirnya mengeluarkan bau tak sedap. 

Hasil penyelidikan kepolisian, bayi berusia lima bulan berinisial ADO itu, sebenarnya sudah tewas sejak Selasa (21/6/2022). 

Artinya, lima hari sebelum dilaporkan oleh Eti kepada warga atau para tetangga hingga pihak kepolisian melakukan penyelidikan, pada Sabtu (25/6/2022) malam. 

Baca juga: Kronologi Bayi Tak Berdosa Dibanting 2 Kali Sampai Tewas Membusuk di Rumah oleh Ibu Kandung

Eti mengungkapkan alasan dirinya merahasiakan kematian sang cucu adalah karena diancam bunuh oleh Eka Sari.

Eti menduga, Eka tak ingin kematian bayi ini menggagalkan rencananya untuk berlibur dengan menghadiri acara kantor suaminya di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, mulai Jumat (24/6/2022) hingga Minggu (26/6/2022).

Sebenarnya, kondisi sang cucu yang sudah tewas lantaran sepanjang hari tanpa rengekan dan gerakan laiknya bocah bayi sudah disadari oleh Eti, saat hendak memandikan sang cucu, pada Rabu (22/6/2022). 

"Saya takut sama Eka, (mau) dibunuh. Eka sudah ngancam saya. Ya saya di dalam (rumah), terus enggak keluar," ungkap Eti saat ditemui, Minggu (26/6/2022). 

Selama kurun waktu itu, Eti mengaku, dirinya terpaksa harus tidur di samping jenazah sang cucu. 

Satu hingga dua hari berbaring di samping jenazah, Eti belum merasakan dampak yang signifikan.

Namun, setelah menginjak hari ketiga. Jenazah sang cucu mulai menimbulkan aroma tak sedap dan mengeluarkan cairan. 

"Saya sudah enggak enak. Saya lihati terus. Sudah ada binatangnya. Saya juga takut karena ada air di sebelah saya, waktu tidur sama saya;(mayat)," kata Eti. 

Akhirnya Eti tidak punya pilihan lain selain memberitahukan kematian bayi tersebut ke tetangganya. 

Kapolsek Wonocolo Polrestabes Surabaya, Kompol Roycke Hendrik Fransisco mengatakan, bayi korban kekerasan yang dilakukan tersangka, terkategori sebagai bayi stunting. 

Katanya juga, polisi menemukan sejumlah bekas luka memar pada beberapa bagian tubuh korban. Mulai dari kepala bagian belakang, hingga punggung. 

Dari pemeriksaan berikutnya, terungkap bahwa tersangka melempar tubuh korban yang mungil dalam keadaan terlentang, dari pinggir hingga ke tengah area kasur yang berada di lantai dua rumahnya. 

Perlakuan kasar itu dilakukan sebanyak dua kali. 

Selain itu, tersangka juga sempat memukul punggung korban. 

Penganiayaan dilakukan oleh tersangka sekitar pukul 16.00 WIB, seusai memandikan korban. 

"Dan pelaku membalikan tubuh dan memukul korban diam tidak bergerak. Pelaku meninggalkan dan dititipkan ke neneknya," pungkasnya. 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved