Penyelamatan Lingkungan
Hijaukan Lereng Gunung Lemongan Malah Dianggap Gila, Kini Warga Lain Turut Kecipratan Cuan
Prrjuangan Daim selama puluhan tahun pernah dianggap gila oleh orang-orang. Tiap hari keluar masuk hutan.
TRIBUNMATARAMAN.COM | Lumajang - Perjuangan Daim untuk menyelamatkan lingkungan dari gundulnya hutan yang sering melanda Lereng Gunung Lemongan tak semudah membalikkkan telapak tangan.
Bahkan perjuangan Daim selama puluhan tahun pernah dianggap gila oleh orang-orang.
Bagaimana tidak, dia setiap hari masuk keluar hutan dan menanam pohon. Sementara masyarakat sulit memercayai idenya akan mengatasi erosi dan kebakaran hutan.
Namun, pria berjenggot itu tak peduli, dia terus menanam pohon, terutama pohon-pohon pinang.
Hasilnya, setelah bertahun-tahun menanam pinang, idenya berhasil.
Bahkan masyarakat sekarang di sana kecanduan buah pinang. Rempah ini mengatasi masalah alam dan telah mensejahterahkan masyarakat.
Sekarang, harga buah pinang per kilogram tembus Rp11.000.
Bahkan, gara-gara ini, Da'im di usianya 61 tahun terpilih menjadi penerima Kalpataru dari Presiden Jokowi.
Melihat hasil kerja kerasnya berdampak besar dan masyarkat menyukai, Da'im hanya tersenyum dan bilang:
"Memang tak mudah menjadi orang autentik."
Da'im merintis konservasi alam hutan Gunung Lemongan sekitar tahun 1996.
Sebagai warga Dusun Berca, Desa Sumber Petung, Kecamatan Ranuyoso, Lumajang, semula ia mencoba mengatasi kegundulan hutan di sisi barat lereng Gunung Lemongan.
Jarak hutan itu, sekitar 4 km dari rumahnya.
Da'im dulu setiap hari mondar-mandir dari rumah ke hutan dengan berjalan kaki.
Padahal masa itu, sepanjang medan dari rumahnya menuju hutan jarang ada pohon-pohon yang bisa dijadikan tempat berteduh.
"Lemongan dulu panas karena hutannya gundul, sekarang ya sejuk," ujarnya.
Medio itu, Da'im menebar pelbagai macam bibit pohon di hutan. Di antaranya kopi, durian, nangka, termasuk sirsak.
Namun, tanamannya baru setinggi 3 atau 4 meter banyak yang rusak. Kalau sudah berbuah sering dimakan binatang.
Belum lagi, gangguan dari ulah tangan-tangan manusia yang tak bertanggung jawab melakukan pembalakan liar. Da'im sempat pasrah.
Memang sekitar tahun 1999 Gunung Lemongan kabarnya ramai pembalakan.
Terlebih 2001, ketika Gus Dur menyatakan ‘hutan untuk rakyat’.
Banyak orang memelintir pernyataan Gus Dur dengan semakin liar membabati hutan di sepanjang Pacitan-Banyuwangi.
Hutan Lemongan termasuk dalam deret pembabatan.
"Sudah nyerah itu gak ada hasil apa-apa, terus juga gak ada orang yang mendukung," ucapnya.
Akibat ulah manusia yang semakin semena-mena membuat hutan Lemongan memprihatinkan.
Erosi dan kebakaran hutan semakin sering.
Tahun 2006, Da'im menyadari degradasi alam tidak bisa diatasi hanya dengan hanya berdiam diri.
Demi menyelamatkannya, harus ada yang bergerak. Nah, saat itu, dia mulai menanam pohon pinang.
Penanaman pohon pinang biasa dilakukan Da'im selepas pagi hari ketika baru lepas subuh. Dia setiap hari pergi ke hutan berjalan kaki. Orang-orang saat itu, menganggap Da'im gila.
Mereka menilai buah pinang tidak ada nilai ekonomisnya. Sebab, saat itu harga buah pinang lebih murah ketimbang beras.
Tapi cemooh orang-orang hanya dianggap Da'im sebagai omong kosong belaka.
Sebab, dia sudah membuktikan pohon pinang adalah tanaman yang paling cocok tumbuh di Lemongan.
Lebih kuat dari gangguan hama binatang dan juga akarnya bisa menyimpan banyak cadangan air, sehingga bisa mengatasi penyebab kebakaran hutan.
Lagi pula, niat awal Da'im bukanlah mencari keuntungan materi. Tapi menyelamatkan hutan dari kondisi kritis.
Tahun demi tahun, Da'im terus konsisten menebar bibit. Tak terasa 12 tahun kemudian, sudah 10 ribu pohon pinang tertanam di lereng gunung.
Rata-rata tinggi pohon sudah sekitar 7 meteran.
Sekali panen, Da'im bisa mendapat buah pinang sebanyak 8 ton.
Yang menakjubkan, sekarang harga buah pinang per kilogram di tengkulak tembus Rp11.000. Ini lebih mahal ketimbang beras.
"Nah sekarang mulai banyak yang ikut-ikutan tanam pinang," ujarnya seraya tertawa.
Belasan tahun mondar-mandir hutan, rupanya kebiasaan Da'im juga dilirik oleh Dinas Lingkungan Hidup Lumajang.
Dia dianggap sebagai sosok perintis konservasi Gunung Lemongan. Tahun 2021, bapak tiga anak itu menerima penghargaan piagam Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Ditambah lagi, tahun ini dia mendapat penghargaan yang sama dari Presiden Joko Widodo.(Tony Hermawan)