Reog Ponorogo
Mengenal Sejarah Tari Reog Ponorogo Asli Jawa Timur yang Justru Tak Didaftarkan Mendikbud ke UNESCO
Tari Reog Ponorogo adalah seni tari tradisional masyarakat Ponorogo, Jawa Timur yang juga dikenal dengan sebutan Barongan
Pesta pernikahan Klono Sewandono dan Dewi Sanggalangit kemudian diiringi dengan hadirnya singo barong dan dua ekor merak yang bertengger di atas kepalanya.
2. Cerita Ki Ageng Kutu
Sementara cerita kedua berasal dari kisah Ki Ageng Kutu, abdi Raja Brawijaya V yang meninggalkan Majapahit.
Ki Ageng Kutu kemudian mendirikan padepokan Surukubeng yang mengajarkan ilmu kanuragan dengan permainan barongan.
Sayangnya, Raja Brawijaya V justru menganggap Ki Ageng Kutu tak mau lagi mengikuti titahnya dan berkhianat.
Kemudian diutuslah Raden Katong untuk menyerang padepokan itu dan berakhir dengan kekalahan Ki Ageng Kutu.
Sebagai imbalan, Raja Brawijaya V memberikan Raden Katong tanah perdikan di Wengker.
Mendikbud Nadiem Makarim Justru Tak Daftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO
Sementara itu Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko minta Menteri Nadiem Makarim kaji ulang keputusan soal tak daftarkan Reog Ponorogo ke UNESCO.
Padahal menurut Sugiri, saat ini pengakuan Reog sebagai budaya milik Ponorogo sangat dibutuhkan mengingat Malaysia juga tengah berupaya mengklaim Reog melalui UNESCO sebagai budaya milik negaranya.
"Reog Ponorogo mendapatkan urutan yang kedua, jadi yang diutamakan oleh Kemendikbud (untuk diusulkan ke UNESCO) adalah jamu," kata Kang Giri, sapaan akrab Sugiri Sancoko, Jumat (8/4/2022).
"Kami tidak kecewa, tapi 'nelongso'. Reog ini usulan dari rakyat kecil, sudah membahana membumi sejak kami belum lahir sudah ada, tapi dikalahkan korporasi jamu," lanjutnya
Kang Giri menegaskan, pihaknya tidak memandang jamu sebagai usulan yang tidak baik, namun dalam situasi Pandemi Covid-19 seperti saat ini, Reog Ponorogo terancam punah.
Adanya pembatasan kegiatan masyarakat selama Pandemi Covid-19 membuat seniman Reog tidak bisa manggung menampilkan budayanya.
"Turunan dari Reog ini banyak, di sektor ekonomi, ada pengrajin, seniman, bakul UMKM. Ketika reog manggung mereka bergantung di sana," terang Kang Giri.