Banjir Lahar Masih Mengintai Warga Lereng Gunung Semeru

Musim hujan masih berlangsung dan ancaman banjir lahar dari Gunung Semeeu masih menghantui penduduk di sekitar Lereng Gunung Semeru.

Editor: eben haezer
Tribunjatim/tony hermawan
Banjir lahar Gunung Semeru memutus akses jembatan di Desa Gondoruso, Pasirian. 

REPORTER: Tony Hermawan

TRIBUNMATARAMAN.com | LUMAJANG - Sebulan pasca terjadi erupsi, aktivitas Gunung Semeru belum benar-benar stabil. Kawasan lereng kerap dilanda banjir lahar ketika terjadi hujan.

Bahkan sore ini (2/01), debit air sangat tinggi, yakni 40 amak. Akibatnya akses jembatan di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian terputus karena tertutup material banjir.

Sebelum terputus, arus banjir lahar sempat naik melebihi badan jalan jembatan. Ketinggian air mencapai 5 meter, sampai membuat bangunan jembatan tertutup.

Baca juga: Jembatan Gondoruso di Pasirian Lumajang Putus Diterjang Banjir Lahar Dingin Dari Gunung Semeru

Bukhori, seorang warga mengatakan, banjir kali ini merupakan kejadian terbesar.

Sejumlah warga yang saat itu beraktivitas di sungai pun langsung lari menyelamatkan diri.

"Selama ini gak pernah air naik sampai lebih tinggi dari jembatan. Ini baru pertama," katanya.

Dipastikan akibat jembatan ini putus, aktivitas warga dalam beberapa hari ke depan menjadi terganggu. Sebab, jembatan sepanjang 100 meter itu menjadi akses penghubung Desa Gondoruso dan Pasirian.

Selain jembatan, banjir lahar rupanya juga menyapu sempat pemukiman warga di kawasan lereng.

Salah satu rumah yang terdampak parah ialah milik Saman di Dusun Kebondeli Utara, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Rumahnya hancur lantaran bangunannya terkikis arus banjir lahar.

Beruntung selama dua hari banjir lahar datang tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

Hanya saja, Kepala BPBD Lumajang, Indra Wibawa Laksana mengimbau, kepada masyarakat jika terjadi banjir lahar agar tidak mendekati sungai. Sebab, tumpukan material vulkanik itu berpotensi menyebabkan letusan sekunder, ketika terkena air hujan.

"Setiap turun hujan, selalu muncul asap dari tumpukan material vulkanik. Ini bahaya untuk pernafasan, apalagi kan juga masih bau belerang," katanya.

Selain itu, Indra juga memperingatkan masyarakat untuk waspada terhadap cuaca awal tahun 2022. Pasalnya diprediksi bulan Januari-Februari kawasan lereng Gunung Semeru akan sering dilanda hujan lebat. Ini terjadi akibat  dampak fenomena alam La Nina. 

"Kira-kira Januari sampai Februari ini fenomena alam La Nina masih akan terjadi hujan terutama yang berhulu dari puncak Gunung Semeru. Mangkannya sekali lagi masyarakat harus hati-hati dan waspada. Karena jika di puncak hujan sudah pasti
Kemungkinan banjir lahar," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved