Erupsi Gunung Semeru Tak Terjadi Tiba-tiba, Ternyata Alam Sudah Beri 2 Tanda, Ini Penjelasan Pakar
Erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) ternyata tidak terjadi secara tiba-tiba. Warga ungkap tanda-tanda alam
Penulis: Alif Nur Fitri P | Editor: eben haezer
Menurut Prof Nana, proses mitigasi kebencanaan gunung berapi di Indonesia sudah baik.
Indonesia sudah memiliki peta kawasan rawan bencana yang disusun oleh ahli geologi dan vulkanologi.
Peta ini menjadi pedoman lembaga terkait melakukan mitigasi bencana khususnya erupsi gunung berapi.
Peta ini telah memetakan wilayah-wilayah rawan bencana, termasuk di dalamnya permukiman yang rawan terdampak serta sungai yang akan menjadi aliran lahar.
Selain itu, lokasi pengamatan, jalur evakuasi, hingga lokasi pengungsian sudah dipetakan dengan baik dalam peta tersebut.
“Dari kejadian erupsi Gunung Semeru kemarin, tampak bahwa peta lokasi yang terkena bencana dapat dikatakan 90 persen tepat,” jelasnya.
Ia mengatakan, erupsi gunung berapi sudah bisa diprediksi sebelumnya berdasarkan tanda-tanda alam yang muncul.
Hal ini juga telah didukung protokol mitigasi yang baik. Informasi erupsi sudah dapat disampaikan ke masyarakat satu jam sebelum letusan berapi.
“Dalam ukuran satu hari atau satu jam sudah termasuk bagus berdasarkan kacamatan mitigasi bencana.
Jadi, erupsi Semeru kemarin bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa pemberitahuan,” jelasnya.
3. Tanda Alam Kesaksian Warga
Adapun tanda alam sebelum terjadinya erupsi Gunung Semeru sempat dirasakan warga setempat.
Marsid (50) mengaku warga di sekitar Gunung Semeru tidak mendapatkan peringatan dini terkait adanya erupsi.
Namun, warga di Desa Supit Urang, Kecamatan Pronojiwo sudah memperkirakan Gunung Semeru akan memuntahkan awan panas.
Perkiraan warga itu didasarkan pada tanda-tanda alam. Marsid mengatakan, empat hari sebelum erupsi biasanya muncul goresan putih.