Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
Siapa Wanita dan 2 Pria di Malam Jelang Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
Di TKP saya melihat ada 5 orang. 3 perempuan , 2 laki-laki. Itu gak lama sih, sebentar. Melintas sekitar 55 sampai 60 km per jam lah
"Cuma gini (sopir angkot sempat memaki pengemudi Alphard Tuti) 'bisa enggak bawa mobil'. Udah gitu aja. Terus langsung bawa mobil lagi ke atas (rumah Tuti)," ungkap Mang S.
Saksi Mang S, mengaku tak melihat jelas sosok pengemudi Alphard tersebut.
Hal itu lantaran ia fokus mainkan HP dan tak fokus ke depan ke arah mobil Alphard.
"Saya enggak fokus ke depan, Saya langsung main HP lagi," ujar Mang S.

Seperti diketahui, ibu dan anak, Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu ditemukan tak bernyawa di bagasi mobil Alphard yang terparkir di rumahnya di Dusun Ciseuti, Subang, 18 Agustus 2021.
Ketika ditemukan, kedua jasad ditumpuk dalam kondisi tidak mengenakan baju.
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Erdi A Chaniago sebelumnya mengatakan, sejak 15 November 2021 kasus Subang ditangani Polda Jabar.
Sudah ada sekitar 55 saksi, menurut Erdi, yang semuanya sudah dimintai keterangan pihak kepolisian.
Erdi mengatakan para calon tersangka sudah mengerucut, meski demikian penetapan tersangka belum dilakukan karena berhati-hati.
"Nanti kita akan pelajari lagi oleh Polda Jabar. Apabila sudah mengerucut dan sesuai dengan yang disampaikan atau yang diperiksa oleh Polres Subang, ya mungkin itu akan difokuskan lagi, jadi kita menunggu saja," ucap Erdi.
Sejumlah saksi diperiksa di Polda Jabar Sejauh ini, lanjutnya, Polda Jabar sudah memeriksa beberapa orang saksi terkait pembunuhan ibu dan anak di Subang.
"Sudah ada dua atau tiga yang dimintai keterangan di Polda, jadi kita menunggu," ucap Erdi.
Tuti Diduga Sudah Menjadi Target
Sebelumnya diberitakan, kematian ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, Ny Tuti Suhartini (55) dan Amelia Mustika Ratu (23) diduga kuat sudah direncanakan dengan motif penculikan tapi berakhir pembunuhan.
Dikutip dari tayangan Youtube Denny Darko dengan durasi 11:35 dengan dokter ahli forensik Mabes Polri Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanto ada yang menarik dalam sesi ini.
Pada menit 11:42 atau menjelang akhir, dr Sumy Hastry sempat mengungkapkan.
"Dari dua jenazah sebenarnya hanya satu, tapi kenapa yang satu ikut meninggal dunia. Padahal bukan To-nya kan. Ya mungkin waktu itu dia melihat, dilindungilah apa adanya jangan dipindahin jenazahnya jangan diangkat, tapi... (pembicaraan terputus).
Dari pembicaraan ahli forensik itu, muncul sinyalemen jika orang yang pertama kali dibunuh oleh pelaku adalah Ny Tuti Suhartini.
Karena Amelia Mustika Ratu mengetahui sehingga melakukan perlawanan akhirnya memicu pembunuhan berikutnya.
Diduga kuat, korban yang sengaja dihilangkan oleh kawanan pelaku adalah korban Tuti.
Indikasi itu muncul, karena Tuti sudah menjadi TO oleh pelaku yang jumlahnya lebih dari tiga orang.

Bahkan pembunuhan itu sudah direncanakan dengan matang oleh eksekutot.
Namun perkara apa yang mendasari kasus ini, penyidik masih berusaha untuk mengungkapnya.
Kombes Pol Dr dr Sumy Hastry Purwanti terlibat dalam penyelidikan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, ternyata sempat didatangi korban pembunuhan di Subang dalam mimpinya.
Di mimpi itu, korban pembunuhan di Subang meminta tolong dr Hastry untuk menyelesaikan kasus ini.
Hal itu diungkapkan dr Hastry dalam wawancara yang diunggah di channel youtube Denny Darko, Rabu (24/11/2021).
Seperti diketahui, Dr Hastry mulai mengautopsi jasad korban Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu pada tanggal 2 OKtober 2021.
Padahal kasus pembunuhan itu sudah terjadi pada tanggal 18 Agustus 2021.
Dari rentang waktu itu, dokter asli Semarang, Jawa Tengah ini banyak mendapat pesan dati netizen di media sosialnya untuk membantu penyidik mengungkap kasus pembunuhan di Subang.
Selain dari penyidik, ternyata dr Hastry juga didatangi korban di mimpinya.
"TIba-tiba, korban datang dan minta tolong.
Saya memutuskan untuk ke Subang.
Saya didatangi lewat mimpi," ungkap dr Hastry.
Karena mendapat petunjuk dimintai tolong korban dan diminta masyarakat, akhirnya dr Hastry pun ke Subang dan mengautopsi ulang jenazah Tuti dan Amel.
Dari hasil pemeriksaannya, dr Hastry memastikan saat ini penyidik sudah menemukan dua alat bukti yang akan dijadikan untuk penetapan tersangka.
Apakah tersangkanya termasuk dari saksi yang kerap dimintai keterangan polisi, dr Hastry mengatakan bukan kewenangan dia mengungkapkan ke publik.
Dia hanya menjelaskan dalam kasus apapun kalau dalam pemeriksaan ternyata saksi itu terbukti, statusnya bisa dinaikkan menjadi tersangka.
Dr Hastry juga memastikan jika dalam kasus ini polisi tidak membutuhkan pengakuan tersangka.
Menurutnya, jika alat bukti sudah terkumpul dan sesuai undang-undang, sudah bisa dipakai untuk menjerat tersangka.
"Minimal dua alat bukti sudah bisa dilanjutkan dan disidang," tegasnya.
Lalu, bagaimana meyakinkan hakim kalau tersangka terus mengelak?
Menurutnya nanti ahli akan memberikan kesaksian sesuai keilmuannya masing-masing.
"Kalau saya keadaan jenazahnya karena forensik patologi. Dari DNA ada ahli DNA. Lalu, dari detektor kebohongan. Ahli IT, bisa didatangkan juga ke pengadilan.
Pengakuan tidak diperlukan, memenuhi dua alat bukti sudah lengkap," tegasnya.
Pembunuh ibu dan anak di Subang, Jawa Barat dipastikan memahami ilmu forensik, namun dalam pelaksanaannya terburu-buru sehingga masih meninggalkan jejak.
Hal ini diketahui dari kondisi jenazah korban korban yang dimandikan dan lokasi kejadian yang banyak genangan air untuk membersihkan sidik jari.
dr Sumy mengakui bahwa pelaku memiliki ilmu pengetahuan luar biasa dan sangat faham dunia forensik.
Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena saat ini sangat mudah mengakses pengetahuan tentang forensik.
Meski memahami forensik, namun kejahatan yang dilakukan pelaku tidak sempurna.
Tim Inafis Mabes Polri dan Polres Subang masih bisa mendeteksi sidik jati di tembok yang kering, pintu masuk, pintu keluar dan di mobil.
Bahkan di setir mobil dan pintu bagasi yang sudah dibersihkan dengan air pun masih bisa dideteksi sidik jari.
"Bisa ditemukan, mungkin waktu membersihkan cepat-cepat.
Kemarin saya dapat, sidik jari di sekitar mobil, di rumah juga," ujar dr Hastry dikutip dari channel youtube Denny Darko yang tayang, Selasa (23/11/2021).
Diakui dr Hastry, sidik jari memang bisa dibersihkan dengan sabun. Karena itu jenazah kedua korban sengaja dimandikan.
Di jenazah korban ini, Hastry mengaku memang tidak menemukan satu pun sidik jari.
Selain karena dimandikan, seusai dibunuh jenazah langsung diautopsi tanpa dilakukan swab lengkap.
"Otomatis sidik jari yang ada di situ hilang," akunya.
Meski begitu, petunjuk yang didapat dinilai sudah sangat kuat untuk menjadi alat bukti yang bisa menjerat tersangka pembunuh ibu dan anak di Subang.
Apalagi, bukti yang didapat dr Hastry ini juga akan dikolaborasikan dengan sejumlah alat bukti lain seperti file detektor kebohongan, psikologi forensik hingga ilmu grafologi.
"Kepolisian didukung oleh tim forensik menyeluruh ilmunya," tegasnya.
Saat ditanya, apakah yang ditemukan sangat kuat, tidak bisa terkontaminasi atau diframing? dr Hastry dengan tegas menyebut alat bukti yang ditemukan itu adalah sesuatu yang mutlak.(Surya.co.id/
TribunnewsBogor.com)