Kuliner
Mencoba Uniknya Rasa Kuliner Pincuk Tawon yang Cuma Ada di Pondok Osing Kota Batu
Di kota Batu, tepatnya di warung Pondok Osing, ada makanan yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Pincuk Tawon namanya. Penasaran kan?
TRIBUNMATARAMAN.com | BATU – Ada makanan yang cukup langka namun menggugah selera makan di Kota Batu. Namanya Pincuk Tawon.
Meskipun disebut tawon, namun sebenarnya pincuk tawon ini berbahan dasar sarang lebah madu.
Di Kota Batu, Pincuk Tawon itu hanya bisa ditemui di Warung Pondok Osing yang berada di Jalan Raya Dieng, sebelah kanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu.
Setiap hari, ada hingga 50 porsi Pincuk Tawon yang siap disajikan kepada konsumen. Eko Putro Heri Kurniawan atau biasa dipanggil Wawan, pemilik warung mengatakan, di masa pandemi ini pesanan Pincuk Tawon meningkat. Terutama untuk pesanan antar.
Di dalam Pincuk Tawon, terdapat tiga hingga empat irisan sarang lebah madu yang berukuran sekitar 3x3 cm. Ada kuah segar berwarna merah, namun tidak terlalu banyak. Aromanya harum karena terdapat Belimbing Wuluh di dalam campuran komposisi olahan Pincuk Tawon.
Wawan menerangkan, komposisi Pincuk Tawon adalah sarang lebah yang masih muda. Sarang lebah itu dibersihkan, hanya menyisakan larva dan pupa lebah. Setelah itu dipotong-potong yang ukurannya disesuaikan kebutuhan.
Campuran lainnya adalah bawang merah, belimbing wuluh, cabe besar, dan cabe kecil yang dipotong kecil-kecil. Empat bahan itu lalu dicampur dengan air hangat yang telah ditaburi garam secukupnya.
“Lalu dimasukan ke dalam daun, dipincuk. Jadi sebetulnya ini bukan botok, lebih tepat disebut pincukan. Kalau botok itu ada bahan kelapanya,” terang Wawan.
Pincuk Tawon tidak menggunakan gula. Alasannya, sarang lebah dipakai sudah terasa manis. Rasa manis itu berasal dari madu yang diproduksi lebah itu sendiri.
“Setelah dipincuk dengan daun pisang, lalu dikukus sekitar 30 menit. Setelah itu siap disajikan. Teksturnya berkuah, tidak pakai gula karena sarang lebah itu sendiri sudah manis dan gurih,” terangnya.
Terdapat empat tahapan metamorfosis lebah. Ketika telur menetas akan menjadi larva. Lebah pekerja akan memberi makan larva berupa nektar, serbuk sari serta madu. Sebagian nektar yang dikumpulkan oleh lebah pekerja disimpan sebagai madu di dalam sarang. Pada tahap berikutnya, larva berganti menjadi pupa yang dikemudian hari akan menjadi anak lebah.
Sensasi makan Pincuk Tawon bisa ditemukan ketika menggigit larva ataupun pupa lebah yang sudah dimasak. Seperti ada ledakan kecil ketika menggigitnya. Ada cairan yang keluar dari larva maupun pupa itu. Di situlah rasa nikmatnya bisa dirasakan.
Kuahnya yang berwarna merah terasa segar dan semakin nikmat saat dipadukan dengan nasi putih. Nasi Putih memang bisa menjadi sajian pelengkap saat menyantap Pincuk Tawon. Namun Pincuk Tawon juga bisa dimakan tanpa nasi. Makanan ini bisa dinikmati saat hangat ataupun sudah dingin. Sesuai selera.
Ismail Hasan (37), seorang pengunjung yang datang ke Pondok Osing mengatakan, ia baru pertama kali ini mencicipi Pincuk Tawon. Sekali tahu rasanya, ia langsung meminta tambah porsi.
“Rasanya enak, saya tambah dua kali,” katanya.
Ia mendeskripsikan enak yang dimaksud, yakni tidak terlalu pedas namun juga tidak terlalu asin. Ismail mengaku memang pantang makan makanan pedas, namun Pincuk Tawon yang ia rasakan kali ini cukup ideal meski ada cabai dan lombok merah di dalamnya.