Berita Kediri

Warga Binaan Lapas Kediri Terampil Membuat Kain Tenun Ikat

Untuk mengisi waktu selama menjalani masa hukuman, Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Kelas IIA Kediri dilatih membuat kain tenun ikat.

Penulis: Didik Mashudi | Editor: eben haezer
tribunmataraman/didik mashudi
Warga binaan Lapas Kelas II A Kediri menyelesaikan pembuatan kain tenun ikat di ruang ketrampilan lapas. 

TRIBUNMATARAMAN.com | KEDIRI - Untuk mengisi waktu selama menjalani masa hukuman, warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas II A Kediri telah dilatih membuat kain tenun ikat.

Pengerjaan kain tenun ikat ini dilakukan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Pembuatan kain tenun ini  bekerja sama dengan perajin kain tenun ikat Medali Mas di Kelurahan Bandarkidul, Kota Kediri.

Sebelum mengoperasikan ATBM, warga binaan mendapatkan pelatihan dari warga binaan lainnya yang sudah mahir menenun. 

Ada juga pelatihan dari perajin kain tenun yang memberikan pelatihan teknik menenun kepada warga binaan.

Setelah melakukan latihan selama  beberapa hari, warga binaan sudah mampu mengoperasikan sendiri ATBM. Semakin lama pengalaman menenun juga semakin terampil dan cepat untuk menenun.

Ita salah satu warga binaan mengaku bersyukur mendapatkan kesempatan pelatihan menenun. Pelatihan ini sangat bermanfaat sekaligus untuk mengisi waktu selama menjalani masa hukuman di dalam lapas.

"Dengan menenun saya merasakan kejenuhan itu agak berkurang. Kalau tidak ada kegiatan mungkin terasa jenuh seperti yang  dirasakan teman-teman," ungkapnya.

Dengan adanya pelatihan tenun yang diadakan Lapas membuatnya tidak merasakan jenuh lagi. "Kami punya kesibukan lagi," ungkapnya.

Sementara dari kegiatan menenun juga mendapatkan tambahan uang. Namun uang yang diterima juga sangat tergantung dari hasil penjualan kain tenun. 

Sehingga jika kain tenun hasil karya warga binaan banyak yang laku, uang yang diterima juga lumayan. "Kadang sebulan hanya Rp 20.000, juga pernah menerima Rp 80.000," ungkapnya.

Sementara Edi, warga binaan lainnya mengaku sudah cukup terampil untuk mengoperasikan ATBM tenun. Malahan dalam beberapa jam mampu membuat kain tenun untuk ukuran baju.

Edi tertarik belajar tenun ikat untuk mengisi waktu selama menjalani masa hukumannya. Selain itu menjadi bekal ketrampilan saat nanti sudah keluar lapas.

Setelah belajar sekitar seminggu juga sudah bisa langsung mengoperasikan ATBM. "Pertama kali diajari pelatih dari luar kemudian belajar mengoperasikan alat tenun sendiri," ungkapnya.

Salah satu ketrampilan yang masih perlu banyak belajar lagi untuk menyambung jika ada rangkaian benang kain tenun yang terputus. 

Hasil kain tenun warga binaan lapas ini banyak dipajang di ruang galeri yang ada di depan lapas. Kain tenun dijual dengan harga Rp 180.000 dan Rp 200.000 per potong.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved