Jembatan Semampir Kediri Ditutup

DAMPAK Penutupan Jembatan Semampir Kota Kediri, Buka Peluang Baru Bagi Tukang Ojek

Penutupan Jembatan Semampir Kediri menghadirkan peluang tersendiri bagi para tukang ojek yang biasa mangkal di sekitar

Penulis: Luthfi Husnika | Editor: Sri Wahyuni
TribunMataraman.com/Luthfi Husnika
PELUANG BARU - Joko (50) dan Ali (57) tukang ojek yang mangkal di dekat Jembatan Semampir Kota Kediri saat ditemui, Senin (15/9/2025). Dengan ditutupnya Jembatan Semampir disebut membuka peluang baru bagi pegiat ekonomi di sekitarnya. 

TRIBUNMATARAMAN.COM I KEDIRI - Penutupan total Jembatan Semampir Kota Kediri selama dua bulan, mulai 15 September hingga 15 November 2025, memberi dampak signifikan bagi aktivitas masyarakat.

Satu di antaranya dampak positif.

Selain berimbas pada arus lalu lintas, kebijakan ini juga menghadirkan peluang tersendiri bagi para tukang ojek yang biasa mangkal di sekitar kawasan tersebut.

Ali (57), tukang ojek asal Gondanglegi, Nganjuk, mengaku penutupan jembatan justru bisa meningkatkan jumlah penumpang.

Menurutnya, kendaraan umum yang biasanya berbelok ke arah Jembatan Semampir kini harus lurus ke Jalan Mayor Bismo.

Kondisi ini membuat penumpang lebih memilih turun sebelum masuk pusat kota, terutama mereka yang hanya ingin menyeberang ke wilayah barat Sungai Brantas.

"Kalau bus atau angkutan umum tidak bisa langsung lewat jembatan, biasanya penumpang turun di sini. Dari sini mereka lebih dekat kalau mau ke Lirboyo atau daerah barat sungai. Itu artinya lebih banyak yang pakai ojek," ungkap Ali saat ditemui, Senin (15/9/2025).

Ia menambahkan, pengalaman serupa juga pernah terjadi ketika Jembatan Semampir sebelumnya ditutup sebelum perbaikan. Saat itu, jumlah penumpang ojek meningkat.

"Dulu pernah ada penutupan juga. Penumpang yang turun di sini lebih banyak, jadi kami yang mangkal di sekitar jembatan ikut merasakan dampaknya," kata Ali.

Setiap hari, Ali sudah berada di pangkalannya sejak pagi buta.

"Saya berangkat dari rumah jam 05.00 pagi dan biasanya sampai jam 02.00 siang. Sehari kalau saya bisa 4-5 penumpang. Tapi kalau ditutup semoga bisa 10 lebih penumpang. Semoga dengan penutupan ini, penghasilan kami bisa lebih baik lagi,” jelasnya.

Baca juga: Toko Kelontong Blitar Dibobol Maling, 8 Unit Tabung Elpiji 3 Kg dan 10 Slop Rokok Amblas

Ali mengaku sudah menjadi tukang ojek sejak tahun 2009. Selain mengangkut penumpang umum, ia kadang juga mendapat pekerjaan tambahan.

"Kadang saya juga diminta antar polisi yang jaga pos di sekitar sini ke tempat tujuan. Jadi apa saja yang bisa dikerjakan, saya kerjakan," tambahnya.

Senada dengan Ali, Joko (50), tukang ojek asal Semampir, optimistis penutupan jembatan akan membawa berkah.

Menurutnya, banyak penumpang bus dari luar kota yang akan memilih turun di sekitar lokasi pangkalan ojek.

"Kalau bus dari Surabaya atau Tulungagung tidak bisa lewat jembatan, biasanya mereka turun di sini. Jadi peluang buat kami semakin besar. Semoga nanti yang naik ojek lebih banyak lagi," ucap Joko.

Joko mengaku sudah delapan tahun mangkal di kawasan Semampir. Ia terbiasa bekerja hingga larut malam demi mencukupi kebutuhan keluarga.

"Saya biasa mangkal dari jam 07.00 pagi sampai jam 12 malam. Harapannya, penutupan ini benar-benar membawa rezeki lebih bagi kami," ujarnya.

Penutupan Jembatan Semampir sendiri dilakukan sebagai langkah rehabilitasi, mengingat konstruksi jembatan yang mulai mengalami kerusakan.


(Luthfi Husnika/TribunMataraman.com)

Editor : Sri Wahyunik

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved