TRIBUNMATARAMAN.COM | SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan mengimpor 2 ribu ekor sapi perah dari Australia Barat.
Kebijakan impor ini dilakukan untuk menyediakan susu yang akan dimasukkan dalam menu program Makan Bergizi Gratis.
Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono menegaskan bahwa kebijakan impor sapi perah sengaja dilakukan untuk memenuhi kebutuhan susu sapi yang memang belum bisa dipenuhi dari sapi perah lokal dari Jawa Timur sendiri.
Baca juga: Susu Dalam Program Makan Bergizi Gratis di Kabupaten Kediri Dibagikan Hanya Seminggu Sekali
“Kalau untuk sapi perah, Indonesia memang baru bisa memenuhi kebutuhan sebesar 21 persen. Dari 21 persen itu, 60 persennya dari Jawa Timur. Sehingga secara kebutuhan memang besar dan suplainya kurang. Maka untuk memenuhi kebutuhan itu kita harus impor,” tegas Adhy, Sabtu (1/2/2025).
Adhy menegaskan kebutuhan susu sapi segar meningkat terutama sejak diberlakukannya program MBG di seluruh Indonesia.
“Dan kita memang kan ada kerjasama sister province dengan Australia Barat. Tahun lalu kita sudah misi dagang di sana, dan menghasilkan transaksi salah satunya terkait impor sapi perah ini,” lanjut Adhy.
Sebanyak 2.000 sapi perah ini akan segera tiba di Jawa Timur paling cepat bulan depan. Sapi perah tersebut akan dikelola salah satu perusahaan besar di Jatim untuk produksi susu sapi yang berkualitas baik. Sehingga bisa menjadi sumber pemenuhan gizi anak-anak dan masyarakat di Jawa Timur.
“Jadi kita sekarang sedang proses impor untuk sapi perahnya, dan ini sudah atas sepengetahuan dari pemerintah pusat, yaitu Mentan. Bulan depan datang sebanyak 2.000 ekor,” tegasnya.
“Untuk tahap awal sektar 2.000 ekor. Dan Mentan juga sudah mempersilakan, pada peternak yang bisa bisa beli sendiri bisa secara kolektif bersama perusahaan,” imbuhnya.
Adhy menyebut bahwa jumlah 2.000 ekor sapi perah yang datang bulan depan bisa saja akan bertambah pada waktu mendatang. Terutama karena suplainya di Jawa Timur memang belum mencukupi dan tingginya kebutuhan susu sapi segar.
“Kemungkinan akan bertambah karena kebutuhannya masih banyak. Apalagi ada program MBG, yang membutuhkan pemberian susu. Meski dua sampai tiga kali dalam semingggu, tapi kalau MBG butuh pasti suplainya dari perusahaan-perusahaan besar penghasil susu yang ada di sini,” pungkas Adhy.
(fatimatuz zahroh/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer