TRIBUNMATARAMAN.COM | GRESIK - Suasana vintage dengan sentuhan bangunan Gresik Kota Lama menjadikan warkop Titiek Djaya di jalan HOS Cokroaminoto 1, Kabupaten Gresik, memiliki tempat tersendiri di hati para pelanggan.
Banyak muda-mudi Gresik yang menghabiskan waktu dengan menikmati secangkir kopi dengan duduk di dingklik yang terbuat dari bekas krat minuman.
"Warkop dengan nuansa vintage di tahun 2025 ini masih trend, ide yang unik melihat orang ngopi duduk pakai dingklik krat jarang benget, esetetika tersendiri. Dipinggir jalan suasana lebih beda," ujar Rico Andreas, pemilik Warkop Titiek Djaya, Jumat (17/1/2025).
Warkop Titiek Djaya beroperasi di dekat Gardu Suling atau Garling, bangunan Cagar budaya di Kabupaten Gresik yang dibangun pada 1929 oleh Kitty Soesman, seorang kepala Aniem (saat ini disebut PLN) sebagai tempat penyimpanan travo listrik.
Warkop Titiek Djaya sendiri buka mulai pukul 16.30 Wib hingga pukul 00.00 Wib. Buka sejak sore karena cuacanya sudah tidak terlalu panas, dan pengunjung bisa ngopi di pinggir jalan.
Warkop ini, kata Rico, memiliki menu favorit yakni coklat roti. Rasanya yang manis disukai banyak pengunjung.
Menu lainnya yang tak kalah diminati adalah Coklat Berry, Es coklat dengan sirup strawberry.
"Menu coklat roti sampai sekarang paling banyak, kemudian varian coklat berry es coklat campur strawberry. Ini dua menu paling banyak dibeli customer," tambahnya.
Pemuda berusia 23 tahun, asli Gresik ini mengaku dari hasil risetnya itu ia menemukan bahwa warkopnya harus memiliki menu spesifik kekinian yang disukai segmen pasarnya, yakni kaum milenial.
Rico juga menyebut tempat duduk dari kursi plastik pendek dengan meja krat botol juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelanggannya. Jika awalnya Rico hanya membeli 25 kursi kini bertambah menjadi 130 kursi.
"Tempat saya kan terbatas sehingga para pelanggan terpaksa mengambil tempat duduk di depan toko-toko tetangga yang sudah tutup. Dan kursi plastik pendek dengan meja krat botol ini bersifat portable tapi tetap nyaman," imbuhnya.
(willy abraham/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer