TRIBUNMATARAMAN.COM | BLITAR - RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi, Kabupaten Blitar saat ini menangani sebanyak 120 pasien cuci darah atau hemodialisis (HD) reguler.
Sebanyak 120 pasien cuci darah reguler itu mayoritas rutin melakukan cuci darah dua kali dalam seminggu di RSUD Ngudi Waluyo.
Kepala Ruang Instalasi Hemodialisis RSUD Ngudi Waluyo, Aris Setyo Pribadi mengatakan ada dua kategori pasien cuci darah yang ditangani RSUD Ngudi Waluyo, yaitu pasien reguler dan pasien emergency.
Baca juga: Tren Usia Pasien Gagal Ginjal Kronis di Blitar Semakin Muda
Pasien reguler ini mereka yang sudah terjadwal rutin melakukan cuci darah tiap seminggu sekali maupun seminggu dua kali di rumah sakit.
"Sekarang jumlah pasien HD reguler di RSUD Ngudi Waluyo sebanyak 120 pasien. Itu sudah terjadwal melakukan cuci darah tiap seminggu sekali maupun seminggu dua kali," kata Aris, Jumat (28/6/2024) pekan lalu.
Sedang pasien HD emergency, yaitu, pasien yang belum punya jadwal rutin melakukan cuci darah di RSUD Ngudi Waluyo. Biasanya, pasien emergency masuk melalui UGD, didiagnosa gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah.
"Sebulan lalu, kami menangani sekitar 90 pasien HD emergency. Itu yang di luar 120 pasien HD reguler," ujarnya.
Dikatakannya, sebanyak 120 pasien cuci darah reguler di RSUD Ngudi Waluyo kalau dikelompokan berdasarkan usia rinciannya, pasien usia 18-25 tahun 1,3 persen, pasien usia 26-35 tahun 17,5 persen, pasien usia 36-45 tahun 10 persen, pasien usia 46-55 tahun 37,5 persen dan pasien usia di atas 56 tahun 33,8 persen.
"Pasien HD reguler usia produktif memang ada, tapi tidak mendominasi. Pasien HD reguler tetap didominasi usia di atas 45 tahun," katanya.
RSUD Ngudi Waluyo sendiri memiliki sebanyak 23 unit mesin HD, dengan rincian sebanyak 20 unit mesin HD reguler, satu unit mesin cito, satu unit mesin HBsag reaktif dan satu unit mesin backup untuk melayani pasien gagal ginjal kronis.
Menurutnya, ada tiga penanganan atau pengobatan gagal ginjal kronis stadium lima, yaitu, pertama dengan cuci darah (HD), kedua menggunakan metode CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) yaitu dengan memasang selang pada rongga perut pengidap gagal ginjal dan ketiga cangkok ginjal.
"Penanganan dengan metode cangkok ginjal yang susah cari pendonor ginjal. Sekarang kami lebih mengarahkan penanganan dengan metode CAPD kepadan pasien gagal ginjal kronis. Dengan metode itu, pasien bisa melakukan cuci darah secara mandiri di rumah, tidak perlu datang ke rumah sakit," katanya.
(samsul hadi/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer