TRIBUNMATARAMAN.COM - Siti Atikoh, Istri Calon Presiden Ganjar Pranowo menyapa perajin anyaman bambu di Desa Winong, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Senin (18/12/2023).
Dalam kunjungan tersebut Atikoh mendengarkan satu-persatu aspirasi dari para perajin yang mayoritas emak-emak.
Dari semua keluhan yang ada, menurut Atikoh salah satu permasalahan yang ada adalah pendataan yang tidak tersinkronisasi antara satu dengan yang lain baik itu sasaran maupun program yang dijalankan oleh pemerintah.
Baca juga: Siti Atikoh Istri Ganjar Pranowo Dorong Penguasaan Digital dan Literasi Keuangan Untuk Perempuan
Untuk itu, Calon Presiden dan Wakil Presiden, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD telah menyiapkan Kartu Sakti.
"Semuanya akan terintegrasi di situ sehingga penerimaan bantuan sosial, Kartu Indonesia Pintar dan program-program yang lain akan tepat sasaran," ucap Atikoh, Senin (18/12/2023).
"Ini untuk menghindari orang-orang yang butuh justru tidak mendapatkan akses sedangkan orang yang mampu mendapatkan manfaat," lanjutnya.
Mantan Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah tersebut juga menjanjikan Ganjar-Mahfud akan memberikan pelatihan kepada para pekerja di sektor informal dan memberikan akses BPJS Ketenagakerjaan secara gratis.
Pelatihan yang dimaksud Atikoh mulai dari produksi, pengemasan hingga pemasaran.
"Selama ini untuk pemasaran masih konvensional terutama yang di grassroot. Saat ini di Trenggalek digencarkan program digitalisasi yang itu sinkron dengan programnya Ganjar-Mahfud terkait dengan UMKM agar akses internet dipermudah," lanjutnya.
Hal yang tidak kalah penting, Ganjar-Mahfud akan memberikan perhatian khusus kepada penyandang disabilitas atau difabel.
Saat ini menurut Atikoh memang sudah ada Peraturan tentang kuota yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1998 Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang disabilitas yang terdapat dalam Pasal 28.
Namun dalam pasal tersebut disebutkan pengusaha harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 orang penyandang disabilitas dari setiap 100 orang pekerja perusahaan.
"Padahal kalau mau mungkin kan alokasinya itu juga dinaikkan jangan satu per 100 karena itu sama saja dengan 1 persen, kalau afirmatif ya setidaknya 5 persen dong," tegasnya.
Para disabilitas tersebut juga harus disesuaikan dengan kemampuan serta 'kelebihan' yang dimiliki. Karena Atikoh banyak menerima masukan banyaknya penyandang disabilitas yang merasa terhambat jenjang karirnya.
Atikoh sendiri mengapresiasi adanya industri kerajinan anyaman bambu di Kabupaten Trenggalek yang dibina oleh Ketua TP PKK Kabupaten Trenggalek, Novita Hardini.
"Kerajinan ini secara signifikan dapat menurunkan persentase para perempuan menjadi TKW. Para ibu-ibu ini sebelumnya harus ke luar negeri dan meninggalkan keluarga termasuk juga anaknya yang mungkin saat itu pada masa pertumbuhan," ucap Atikoh.
(sofyan arif candra/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer