Berita Terbaru Kota Kediri

Pedagang Kaki Lima Berharap Sebelum Alun-alun Kota Kediri Dibuka Sebelum Tahun Baru

Penulis: Didik Mashudi
Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PKL Alun-alun Kota Kediri gelisah menyusul polemik Dinas PUPR Kota Kediri dengan kontraktor pelaksana PT Surya Grha Utama-KSO Sidoarjo.

TRIBUNMATARAMAN.COM - Pedagang kaki lima (PKL) sekitar Alun-alun Kota Kediri gelisah menyusul polemik antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Kediri dengan kontraktor pelaksana PT Surya Grha Utama-KSO Sidoarjo.

Terlebih ada wacana pemutusan kontrak Dinas PUPR terhadap PT Surya Grha Utama-KSO Sidoarjo dapat mengakibatkan proyek Alun-alun Kota Kediri senilai Rp 17,9 miliar itu bakal  mangkrak. 

Saat ini ada 97 anggota paguyuban PKL Alun-alun Kota Kediri. Para PKL di sekitar Alun-alun Kota Kediri itu berharap agar proyek tersebut bisa dibuka sebelum tahun baru 2024 mendatang.

Baca juga: Dinas PUPR Kota Kediri Beberkan Alasan Belum Membayar Kontraktor Pembangunan Alun-alun

Kasdi, salah satu PKL mengaku sudah mendengar kabar masalah antara kontraktor dengan Dinas PUPR. Kabar itu didengar dari rekan-rekan PKL yang tergabung di dalam paguyuban.

“Yang susah tetap pedagang, semua menyambut tahun baru kan ramai nanti,” ungkap Kasdi kepada awak media, Senin (27/11/2023).

Pedagang siomay itu menyayangkan apabila ada kemunduran pembukaan Alun-alun Kota Kediri. Momentum tahun baru dapat menambah pundi-pundi penghasilan PKL Alun-alun Kota Kediri.

Pada tahun baru sebelumnya, pengunjung Alun-alun Kota Kediri selalu banyak sehingga berdampak terhadap penghasilan para PKL Alun-alun.

"Kalau bangunannya baru, masyarakat banyak yang datang penasaran dengan Alun-alun,” jelasnya. 

Selama 6 bulan pembangunan Alun-alun Kota Kediri, PKL direlokasi sementara di trotoar Dhoho Plasa dan SDN Kampungdalem.

Ketika direlokasi, Kasdi menilai banyak pedagang yang mengeluhkan soal penurunan pendapatan harian.

Sebelum dibangun, mereka bisa mendapatkan Rp 400.000 sampai Rp 600.000.

Saat ini Kasdi lebih sering mencari hajatan di desa-desa karena jika mangkal di trotoar Dhoho Plasa hanya  membawa uang tak sampai Rp 200.000 per hari.

"Sepi mas, deretan sini saja banyak yang tutup juga,” ungkapnya.

Pengakuan serupa disampaikan Dewi, penjual es degan. Menurutnya, penyelesaian pembangunan Alun-alun Kota Kediri sangat ditunggu-tunggu.

Apabila segera selesai, mereka tidak perlu jauh-jauh lagi membuka lapak di desa-desa yang mempunyai hajatan. Karena, Alun-alun Kota Kediri menjadi magnet yang dapat menyedot pengunjung setiap harinya.

Polemik pembangunan Alun -alun Kota Kediri mendapatkan banyak perhatian masyarakat termasuk DPRD Kota Kediri yang telah menggelar rapat dengar pendapat (RDP) di kantor dewan.

Wakil Ketua DPRD Kota Kediri, Katino mengaku tidak ingin proyek Alun -alun Kota Kediri berdampak buruk bagi masyarakat jika tidak selesai tahun ini.

“Intinya dalam RDP kita semua berharap agar bisa terselesaikan. Tidak menutup kemungkinan kedepan kita akan mendesak agar segera melakukan mediasi-mediasi, sehingga Alun-alun Kota Kediri bisa segera dinikmati masyarakat Kota Kediri,” ujar Katino.

Sementara Sudjoko Adi Purnomo juga menyayangkan apabila proyek Alun-alun Kota Kediri bermasalah seperti proyek besar di Kota Kediri yang terjadi sebelumnya. 

“Jangan sampai mangkrak dan meninggalkan masalah. Jangan sampai terjadi seperti Jembatan Brawijaya, Gambiran 2 dan Pengaspalan GOR Jayabaya yang semuanya dulu terdapat masalah. Semoga perselisihan ini bisa diselesaikan secara baik dan tidak berdampak sosial,” tegasnya.

(didik mashudi/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer