TRIBUNMATARAMAN.COM - Satreskrim Polres Gresik mendalami kasus siswi kelas 2 SD berinisial SA (8) di Kecamatan Menganti, Gresik yang mengalami kebutaan usai dicolok tusuk pentol.
Sejumlah orang telah dimintai keterangan. Termasuk kepala sekolah Umy Latifah dan wali kelas SA.
Kedua orang tersebut telah dimintai keterangan saat di sekolah dan di Polsek Menganti.
Baca juga: Siswi SD di Menganti Gresik Dibully dan Ditusuk Menggunakan Tusuk Bakso Hingga Buta Permanen
"Kepala sekolah sama wali kelas sudah kami periksa, setelah di tim datang ke sekolah, keduanya kami periksa di Polsek Menganti. Kemungkinan besok penjaga sekolah akan diperiksa," kata Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Gresik, Ipda Hepi Muslih Riza, Minggu (17/9/2023).
Kepala sekolah tempat SA belajar, dalam pemeriksaan tersebut mengaku tidak mengetahui persis kejadian tersebut. Termasuk wali murid.
Guna menggali keterangan lebih dalam terkait peristiwa yang menyebabkan mata kanan SA buta permanen gara-gara dicolok tusuk pentol, unit PPA Satreskrim Polres Gresik kembali mendatangi sekolah pada Senin besok.
Pihaknya juga sudah mengamankan rekaman CCTV di sekolah. CCTV yang terpasang di sekolah lebih dari satu. Bukti rekaman tersebut diharapkan akan memperjelas siapa pelaku yang melakukan pemalakan hingga menyebabkan mata kanan SA buta.
"Rekaman CCTV sudah kami amankan," kata Hepi.
Sementara itu, kepala sekolah Umy Latifah saat ditanyai wartawan usai didatangi Unit PPA Satreskrim Polres Gresik, Polsek Menganti, keluarga korban, dan pihak Dinas Pendidikan Gresik enggan menjawab.
"Sorry saya punya hak untuk tidak berbicara," katanya, kemarin.
Sebelumnya, SA (8) mengalami insiden yang mengubah hidupnya selama-lamanya pada 7 Agustus lalu. Saat di sekolah ada lomba Agustusan, SA dipalak oleh kakak kelasnya. Dibawa ke lorong sekolah.
Siswi yang dikenal suka mengaji ini dimintai uang sakunya. Namun, SA menolak. SA langsung menutup matanya dengan tangan karena takut. Pelaku yang diduga kakak kelas itu mencolok mata SA dengan tusuk pentol hingga terluka.
Saat pulang ke rumah, SA mengadu matanya sakit. Hingga dibawa ke rumah sakit di Menganti lalu dirujuk ke RS Soetomo Surabaya. Hasilnya mata kanan SA mengalami kebutaan permanen.
Samsul Arif ayah SA pun datang ke sekolah. Mencari tahu siapa pelakunya. Mata SA kadung sakit, tak bisa melihat dengan jelas sulit mengenali pelaku pemalakan tersebut. Ditambah lagi pihak sekolah enggan menunjukkan rekaman CCTV. Pada 28 Agustus, kesabaran Samsul Arif sudah habis. Dia melaporkan peristiwa ini ke Mapolres Gresik.
Samsul Arif saat ditemui di rumahnya mengaku anaknya trauma masuk sekolah. Minta pindah sekolah. Namun, tak dituruti sebelum kasus ini terang benderang.
SA saat ini kesulitan membaca dan mengaji.
"Kalau membaca atau mengaji mata kanannya ditutup baru lancar. Kalau tidak ditutup bacanya lama tidak lancar," kata Samsul.
(willy abraham/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer