Pembunuhan Angeline Nathania

Pembunuhan Angeline Nathania Mahasiswi Ubaya, Polisi Tangkap 2 Penadah Mobil Korban yang Digadaikan

Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mobil mendiang Angeline Nathania yang digadaikan oleh Rochmat Bagus Apriatma

TRIBUNMATARAMAN.COM - Satreskrim Polrestabes Surabaya mengembangkan penyidikan kasus pembunuhan Angeline Nathania, mahasiswi Fakultas Hukum Ubaya (Universitas Surabaya).

Selain telah menangkap Rochmat Bagus Apriatma (41) yang membunuh Angeline Nathania dan memasukkan jenazahnya ke dalam koper, polisi juga menangkap penadah kendaraan gelap yang menerima gadai mobil milik kakak korban. 

Polisi diketahui mengembangkan kasus tersebut  sejak Kamis (8/6) lalu.

Baca juga: Detik-detik Pembunuhan Angeline Nathania: Korban Sempat Bertengkar Dengan Pelaku di Pinggir Jalan

Hari itu polisi menangkap satu orang asal Pasuruan. Sehari berikutnya, polisi melaksanakan gelar perkara.

Orang asal Pasuruan itu ditengarai sehari-hari memiliki pekerjaan sebagai penadah kendaraan-kendaraan bodong.

Sebab saat Rochmat ketika menggadaikan mobil korban tidak diperiksa secara detail. Padahal, mobil itu di STNK jelas-jelas tertulis bukan atas nama Rochmat, melainkan Bambang Sumarjo, ayah mendiang Angeline.

Setelah melaksanakan rangkaian penyidikan tersebut, polisi ternyata menangkap lagi satu orang. Praktis, ada dua orang yang dicurigai sebagai penadah. Namun, sampai sekarang polisi masih merahasikan identitas dua-duanya.

Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Haryoko Widhi ketika dikonfirmasi nama dua orang yang dituding sebagai penadah, menyebut inisial M dan S.

"M dari Grati, S asal Nguling," kata Haryoko.

Belum dibeberkan bagaimana M dan S dalam kasus Angeline bekerja. Hanya saja sempat diungkap polisi kalau Rochmat mendapat Rp25 juta dari hasil menggadaikan mobil.

Ada beberapa alasan mengapa polisi masih merahasiakan identitas dua orang yang disinyalir memiliki pekerjaan sebagai penadah kendaraan-kendaraan tidak jelas. Bisa jadi dua orang ini tergabung dalam sebuah komplotan. Sangat berisiko orang-orang dalam komplotan tersebut kabur apabila identitas dua orang itu dibuka sekarang.

(tony hermawan/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer