Berita Terbaru Kabupaten Pacitan

Kisah Anak-anak di Pacitan Mempertaruhkan Keselamatan Setiap Hari Demi Masuk Sekolah

Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak-anak SDN 3 Kemuning, Pacitan, melintasi jalanan terjal bekas longsor untuk berangkat ke sekolah.

TRIBUNMATARAMAN.COM - Sepekan belakangan, anak-anak SD di desa Kemuning, kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, mempertaruhkan keselamatannya untuk mencapai sekolah. 

Sebab, untuk mencapai sekolah mereka di SDN 3 Kemuning, anak-anak tersebut harus melewati jalan terjal bekas longsor. 

Sampai kini, belum ada jembatan yang bisa mereka lewati untuk datang ke sekolah. 

Saat melintasi jalan terjal itu, mereka harus berjalan ekstra hati-hati. 

Mereka yang diantar orangtuanya, sampai harus digendong karena orangtuanya takut anaknya terpeleset. 

Orangtua menggendong anaknya agar tidak tergelincir

Selain harus mempertaruhkan keselamatannya, anak-anak SD itu juga harus berangkat lebih pagi agar tak terlambat. 

Tiap hari mereka berangkat pukul 5. 

“Ya terpaksa lewat sini (menyeberangi sungai di bawah lereng gunung yang longsor) karena tidak ada jalan lain menuju ke sekolah,” ujar salah satu siswa SDN 3 Kemuning, Tiara Puja, Kamis (23/2/2023).

Di mengaku  merasa takut saat melintas. Khawatir sewaktu menyeberang terjadi banjir dan longsor.

"Sebenarnya takut kalau pas menyeberang tiba tiba banjir dan  longsor menerjang. Tapi kalau tidak lewat sini mau lewat mana lagi. Mau memutar jaraknya sangat jauh, sekitar 10 Kilometer," Kata siswa kelas 4 ini.

Sementara siswa lain, Nefida Amelia Salsa menambahkan dirinya pernah terjatuh saat melintas sungai.  Pasalnya saat melintas ada material longsor yang  baru turun kondisinya licin.

" Saat itu cuaca sedang hujan. Karena buru buru ke sekolah, pas menyeberang terpeleset batu hingga terjatuh,"imbuhnya

Sebenarnya, dulu ada jembatan penyeberangan. Namun jembatan itu ambruk tertimbun setelah diterjang banjir dan longsor dari lereng gunung yang terjadi sepekan lalu.

Akibatnya sejumlah warga Desa terisolir karena jembatan tersebut merupakan akses penghubung satu satunya di wilayah tersebut.

(pramita kusumaningrum/tribunmataraman.com)

editor: eben haezer