"Sebelum membeli sapi dari luar, kami tanya apakah sudah divaksin. Jika belum kami vaksin lebih dulu," ujar Daroini.
Namun saat ini Daroini belum bisa mengirim sapi dari Tulungagung ke luar kota.
Karena itu ia berharap bantuan pemerintah, untuk memfasilitasi para pedagang.
Seperti membantu memenuhi persyaratan yang ditetapkan bagi pedagang, agar bisa mengirim sapi ke daerah lain.
Sementara Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak Keswan), Tutus Sumaryani Subekti, mengatakan perdagangan masih dibatasi.
PHT hanya difokuskan untuk ternak dari dalam wilayah Tulungagung saja.
Hal ini sebagai upaya antisipasi, agar PMK tidak merebak lagi di Tulungagung.
Sementara sapi asli Tulungagung relatif sudah terlindungi, karena capaian vaksinasi yang tinggi.
"Dari 187.000 yang ditargetkan, kami sudah mencapai 167.000 dosis," ungkapnya.
Pembatasan ini untuk mencegah jangan sampai ada sapi belum tervaksin masuk dari luar wilayah.
Sebab sapi-sapi itu berpotensi membawa virus PMK dari tempat asalnya.
Satgas PMK Kabupaten Tulungagung juga memberlakukan check point untuk hewan ternak yang masuk.
"Sebelum masuk PHT juga diberlakukan disinfeksi oleh petugas untuk mencegah masuknya virus PMK," pungkas Tutus.
PHT Tulungagung menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai wilayah.
Bahkan tidak hanya dari Jawa Timur, ada juga dari Jawa Tengah.
Namun PHT ini tutup pada 19 Juni 2022 saat mulai merebak wabah PMK.
PHT sempat dibuka selama 2 minggu menjelang Idul Adha.
Namun selama buka, didominasi pedagang kambing, sementara pedagang sapi hanya beberapa orang saja.
(David Yohanes/tribunmataraman.com)