TRIBUNMATARAMAN.COM - Balita berusia tiga tahun asal Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar yang menjadi korban kekerasan, mendapat perhatian khusus dari Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
Hanya selang dua hari setelah kasus itu diberitakan, Minggu (4/9/2022) siang, Bu Risma langsung datang ke Blitar.
Ia mendatangi balita yang jadi korban sepasang suami istri yang mengasuhnya.
Kunjungan Risma ini dilakukan di RSUD Ngudi Waluya, Wlingi, tempat balita itu dirawat.
"Halo adik, ini ibu punya boneka, mau ta," sapa Bu Risma saat baru ketemu korban dengan sambil menunjukkan boneka yang dibawanya.
Meski sudah diberi boneka oleh Risma, namun bocah itu tak merespons.
Namun demikian, mantan Walikota Surabaya dua periode itu cukup ke-ibu-an dan masih terus menggodanya. Meski korban tampak dingin dengan kehadirannya, Risma dengan piawai berusaha terus merayunya.
"Oh, ini mau ta sepeda pancal, ini ibu bawakan," rayu Risma yang membawakan oleh-oleh korban, selain boneka juga sepeda pancal.
Lagi-lagi korban terdiam di dekapan gendongan ibunya, HH (35).
Di dekatnya, juga ada neneknya, Sarifah, yang ikut menunggui korban.
Namun demikian, Risma terus berusaha merayunya.
Risma mengaku terenyuh melihat kondisi korban, yang tak hanya mengalami luka psikis namun juga fisik.
Bahkan, kalau diperhatikan dari dekat, luka korban masih tampak bekasnya, meski sudah dirawat di RSUD Ngudi Waluya, sejak Kamis (1/9/2022) lalu.
Itu karena dugaan penganiayaan yang dialami korban diduga bukan cuma sekali melainkan berkali-kali selama diasuh oleh tetangganya, yang suami istri selama sebulan.
Penganiayaan dilakukan pasutri itu karena korban tak sering ngompol di tempat tidur.
"Kami masih mendalaminya di antaranya dengan cara apa saja, korban diperlakukan oleh pelaku," ujarnya.
Melihat penderitaan anak seusia itu dan cerita yang dialami korban, rupanya memancing Risma bukan hanya empati namun juga tidak tega. Makanya, begitu mendengar ada anak usia tiga tahun mendapatkan perlakuan kasar, dirinya langsung turun.
Informasinya, ibu korban, HH saat berangkat ke Malang sebulan lalu atau ke lokasi penampungan PT yang akan memberangkatkan dirinya ke Hongkong, anaknya atau korban diserahkan ke neneknya.
Neneknya bukan hanya mengasuh korban namun juga kakaknya, yang kelas 6 SD. Namun, beberapa hari kemudian, tetangganya atau sepasang suami istri itu datang dengan meminta agar korban diserahkan padanya untuk diasuh.
Alasannya, karena dirinya belum punya momongan meski sudah lama menikah. Tidak disangkanya, selama hampir sebulan diasuh olehnya, bukan kasih sayang yang didapat korban. Namun, korban sering diperlakukan kasar.
(Imam Taufiq/tribunmataraman.com)
Dapatkan berita menarik lainnya di Google News, Klik Tribun Mataraman