Berita Probolinggo

Kisah Sukses Katarina Buat Kerajinan dari Kain Perca, Kini Mampu Berdayakan Emak-emak Kampung

Editor: faridmukarrom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Katarina Duhendar Triningrum (48) warga Jalan Argopuro, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, tengah menunjukkan hasil kreasi tas kain perca, Sabtu (8/7/2022).

TRIBUNMATARAMAN.com | Probolinggo - Semangat Katarina Duhendar Triningrum (48) warga Jalan Argopuro, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, tak pernah getas dalam berkreasi. 

Keuletannya itu berbuah manis sekaligus membawa berkah bagi emak-emak sekitar kampung. 

Katarina mengkreasikan limbah kain perca menjadi produk bernilai ekonomis. Salah satu produk yang dihasilkan berupa tas bergaya trendi. Pelanggannya pun sudah tersebar di sejumlah daerah di Indonesia dan mancanegara. 

Katarina mulai merintis UMKM bernama Griya Srikandi yang bergerak di kerajinan dari tas kain perca sejak 2014. 

Ruang produksi kerajinan kain perca bermerek D Recy ini berada di pojok rumah Katarina. Luasannya, 8x11 meter. 

Di ruang itulah, Katarina menumpahkan seluruh kreativitasnya. 

"Mulanya, saya bergerak di bank sampah pada 2013. Karena nilai jual sampah plastik cenderung turun. Saya memutar otak lantas beralih ke kerajinan tas kain perca setahun berikutnya. Bank sampah adalah Cikal bakal UMKM Griya Srikandi," katanya, Sabtu (9/7/2022). 

Katarina Duhendar Triningrum (48) warga Jalan Argopuro, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, tengah menunjukkan hasil kreasi tas kain perca, Sabtu (8/7/2022).

Modal awal Katarina untuk membeli kain perca berkisar Rp 2 juta. Uang tersebut merupakan tabungan hasil dari bank sampah. 

Katarina membeli limbah kain perca di perusahaan garmen yang ada di Kota Probolinggo. Dengan uang segitu, Katarina mendapat 62 kg kain peca. Sekilonya berisi lima lembar kain jeans beragam ukuran. 

Limbah lain perca itu pun disulap menjadi produk tas. 

"Cara membuat tas kain perca saya peroleh dari tayangan YouTube. Dalam proses pembuatannya tak ada kendala berarti. Sebab, saya punya keahlian menjahit," terangnya. 

Saat awal memasarkan, produknya minim pembeli. Ia menengarai karena tas buatannya berdesain monoton. 

Setahun berselang, dia menambahkan sejumlah ornamen ke produknya, yakni bordiran membentuk bunga dan kain bekas potongan batik. Tas buatannya makin terlihat elok dan kekinian. 

Tak hanya itu, dia juga memperbanyak jenis tas. Jenisnya antara lain, sling bag, tas jinjing, totebag, mini bag, clutch dan ransel. 

"Saya membanderol tas dengan harga mulai Rp 80 ribu- Rp 350 ribu. Kami menerima permintaan desain atau model tas yang diinginkan pembeli," paparnya. 

Banyaknya model tas dan desain modis itu sukses memikat pembeli.

Bahkan, pembelinya sudah tersebar di sejumlah daerah di Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan bali. 

Paling fantastis, Katalina bisa meraup untuk Rp 400 juta dalam setahun. 

"Ada pula pembeli mancanegara, antara lain Malaysia, Korea Selatan, Filiphina, Swedia, Belanda, dan Amerika. Mereka membeli tas kain perca D Recy saat melakukan kunjungan di Kota Probolinggo," urainya. 

"Saya juga menjual masker dan sepatu kain perca. Namun, tas kain perca yang paling laris penjualannya," tambahnya. 

Kini, UMKM Griya Srikandi terus berkembang. Katarina telah menyiapkan penjualan berbasis daring. 

Untuk memenuhi permintaan, Katarina memberdayakan emak-emak di sekitar kampung. Ada empat emak-emak yang membantunya memproduksi kerajinan kain perca. 

Namun, jika pesanannya bejibun, dia bakal menambah jumlah karyawan hingga puluhan orang. 

"Sesuai namanya Griya Srikandi, 90 persen karyawan didominasi perempuan," ungkap

Sementara, Endang (42) warga Triwung Lor, Kademangan, Kota Probolinggo menyebut sudah bekerja selama empat tahun di Griya Srikandi. 

Dia bekerja sebagai penjahit kerajinan kain perca. Pasalnya, Endang sudah memiliki keterampilan menjahit sedari cilik. 

"Selain mengisi waktu luang, saya bekerja untuk membantu suami. Saya sudah empat tahun bekerja di Griya Srikandi," pungkasnya