TRIBUNMATARAMAN.COM | Lumajang - Peternak sapi di Kabupaten Lumajang dan beberapa wilayah lain menjerit setelah ratusan sapi diserang pagebluk.
Dugaan sementara, wabah yang menyerang adalah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang butuh penanganan konkret.
Pasalnya, penyakit ini menularnya sangat cepat. Jika tidak segera ada tindakan, dampaknya bisa memukul ekonomi.
Baca juga: Skandal Polwan dengan Pendeta, Berduaan di Pastori Digerebek Suami dan Teman Polisi Lain
Baca juga: Ini Penuturan Ibu Tiga Bocil Ganjen yang Pamer Alat Vital ke Wanita Cantik saat Jogging di GOR
Baca juga: Juru Kunci Makam di Malang Meregang Nyawa Setelah Mantab-mantab di Kamar Kos Harian
Baca juga: Dua Wisatawan Pantai Konang Digulung Ganasnya Ombak Pantai Selatan, Satu Selamat Satu Hilang
Hasan Basri salah seorang warga Dusun Basuki, Desa Darungan, Kecamatan Pasirian bercerita, sapi di wilayah tempat tinggalnya dalam sepekan terakhir ada 150 yang diduga terjangkit wabah PMK.
Akibat wabah ini belum lama ini menyebabkan 4 sapi mati.
Sapi milik keponakannya di antaranya adalah sapi yang ikut tertular.
Oleh keponakannya sapi itu beberapa hari lalu langsung dijual. Namun, karena kondisi sapi kurang sehat membuat harga sapi tersebut anjlok.
Sapi umur 10 tahun dengan berat 200 kilogram lebih, hanya laku Rp15 juta.
Baca juga: Suasana Lebaran Berubah Petaka, Bocah 11 Tahun di Tulungagung Tenggelam di Kolam Ikan Milik Ayahnya
Baca juga: Ini Pengakuan Maling Ganjen di Gresik yang Bobol Rumah Janda Cantik Hingga Berubah Rudapaksa
Baca juga: Hj Lily Wahid Adik Kandung Gus Dur Wafat, Jenazah Dimakamkan di Ponpes Tebuireng Jombang
Baca juga: Bobol Rumah J
Baca juga: Apa Penyebab Ratusan Sapi Limousin dan Sejenisnya di Mojokerto Mendadak Sakit Massal?
anda Cantik, Maling di Gresik Berubah Haluan Rudapaksa Korban Berakhir Antiklimaks
"Padahal sebelum sakit itu ada yang nawar Rp 21 juta," kata Hasan.
Totok Kepala UPT Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang menyebut, kasus dugaan sapi tertular wabah PMK juga menular di beberapa kawasan seperti Senduro, Kunir, dan Yosowilangun. Beberapa laporannya, sapi-sapi yang diduga terjangkit PMK langsung dijual oleh pemiliknya dengan harga cukup miring.
Tindakan ini tentu saja menjadi potret lemahnya pengawasan lalu lintas perdagangan hewan ternak.
Padahal untuk mencegah perdagangan hewan yang tidak sehat, pembelian sapi seharusnya menyertakan dokumen surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
Standar itu untuk memastikan bahwa sapi-sapi yang dijual aman dari penyakit, sehingga ketika disembelih dagingnya aman untuk dikonsumsi.
"Sebenarnya yang sudah terjangkit penyakit bisa diobati, tapi memang butuh waktu. Di antaranya harus sapi harus mendapat mendapat suntik vaksin dan kandang harus selalu terjaga dalam kondisi bersih," ujarnya.
Baca juga: Siasat Licik dan Akal Bulus Manager Dealer Motor di Tulungagung Nodai Tiga Staf Pemasaran Wanita
Baca juga: Jembatan Gantung Piket Nol Lumajang Rawan Macet, Jadi Jujukan Wisata Dadakan Karena Penasaran
Baca juga: Sosok Pemeran Video Bergoyang di Bumi Wali Sudah di Tangan Polisi, Usianya Masih Bau Kencur
Baca juga: Video Bergoyang di Bumi Wali Bikin Geleng Kepala, Polisi Langsung Bergerak Cari Sosok Pemerannya
Baca juga: Bumi Wali Heboh Remaja di Tuban Pamer Kemesraan di Parkiran Pasar Montong, Videonya Viral
Hairil Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang mengatakan, hasil pengamatannya di lapangan ratusan sapi tersebut diduga tertular wabah PMK.
Gejala teknisnya hewan sapi mengalami luka-luka di mulut dan lidah. Sehingga hal ini menyebabkan lendir keluar sangat banyak dari mulut sapi. Dalam kondisi ini, biasanya sapi sulit menerima asupan pakan.
Ciri berikutnya, kaki sapi mengalami luka dan diakhiri lepasnya kuku. Tak jarang kondisi ini membuat sapi sulit bergerak. Badan sapi terlihat gemetar dan napas seperti ngos-ngosan.
Penanganan yang telah dilakukan, beberapa hari lalu tim Puskeswan telah mengambil sampel lendir dan sapi yang diduga terjangkit wabah PMK. Sampel tersebut tengah dikirim ke Pusvetma di Surabaya.
"Dugaannya sementara PMK. Tapi kami masih menunggu hasil laboratorium keluar. Sementara untuk penanganan darurat, tim kami sudah melakukan menyuntik vaksin sapi, penyemprotan kandang-kandang, dan mengedukasi para pemilik untuk menjaga sirkulasi udara dan kebersihan kandang," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala UPT Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lumajang Totok menjelaskan, merebaknya wabah PMK, masyarakat disarankan sementara waktu tidak mengonsumsi beberapa bagian daging sapi.
Di antaranya seperti cingur atau mulut sapi, lidah sapi, kikil atau kaki sapi, dan jeroan seperti babat, limpa, dan hati.
"Memang belum ada laporan virus ini bisa menular ke manusia, tapi sebaiknya hindari konsumsi bagian daging sapi yang terserang penyakit," katanya.
Jika terpaksa mengonsumsi bagian-bagian daging sapi yang diduga menjadi tempat bersarang virus, diharapkan masyarakat mengolah daging tersebut secara benar.
Caranya, sebelum diolah, daging sapi perlu dibekukan selama 24 jam, sehingga bisa membunuh bakteri di dalamnya.
Baca juga: Masih Bocil Sudah Ganjen, Pamer Alat Kelamin ke Wanita Cantik Saat Jogging di GOR
Baca juga: Desa di Tulungagung Yang Dilewati Tol Sudah Diketahui, Berikut Nama Desa dan Kecamatannya
Baca juga: Di Balik Kasus Pembunuhan Dokter Muda Bagus, Tersangka ZI Sering Minta Uang Korban Hingga Kuras ATM
Baca juga: Sosok Dokter Muda yang Ditemukan Terbunuh di Pasuruan Torehkan Duka di Hati Ibu-ibu Tulungagung
Kemudian daging sapi harus dimasak dengan suhu diatas 80 derajat celcius. Sebab menurutnya, dengan suhu panas bakteri akan mati, serta tingkat kematangan daging bisa sempurna.
Sementara itu, Hairil Kepala Dinas Pertanian mengatakan, sebagai langkah penanganan darurat saat ini timnya tengah mengirim sampel air liur dan darah sapi yang diduga terjangkit virus PMK. Hal itu dilakukan untuk menentukan langkah pengobatan secara tepat.
Selain itu, untuk mencegah penyebaran virus yang lebih masif, pihaknya juga tengah menerjunkan tim untuk melakukan penyemprotan disenfektan ke kandang-kandang, serta pasar hewan. (Tony Hermawan)