Fakta-fakta Penerima Program Bedah Rumah Terlilit Utang, Curiga Kelakuan Pemilik Toko Matrial

Penulis: Alif Nur Fitri P
Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Viki dan istrinya tidak betah menempati rumah setelah dilakukan renovasi. Kebingungan itu muncul sebab Viki malah terjerat utang setelah mendapat program bedah rumah dari sebuah lembaga zakat.

TRIBUNMATARAMAN.COM - Penerima program bedah rumah di Lumajang justru terlilit utang setelah rumahnya direnovasi.

Tak hanya itu, ia sampai dikejar-kejar oleh pemilik toko matrial yang menyuplai bahan bangunan untuk renovasi rumahnya.

Diketahui, sosok penerima program bedah rumah itu adalah M Viki (24).

M Viki merupakan warga Desa Munder, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Sebagai seorang pekerja serabutan, kini M Viki kelabakan untuk membayar utang ke pemilik toko matrial.

Berikut sejumlah fakta-fakta kejadian tersebut.

Baca juga: Penyebab Gadis 17 Tahun Mau Dinikahi Kakek 60 Tahun Meski Tak Cinta, Pantas Cemberut di Pelaminan

1. Subsidi Bedah Rumah Rp10 Juta

Empat bulan lalu, Viki mendapat subsidi bedah rumah Rp10 juta Baznas (Badan Amil Zakat Nasional).

Sementara itu, jika ditotalkan dengan biaya renovasi, maka perbaikan rumah Viki menelan dana Rp16 juta.

Maka dari itu, subsidi dari Baznas tidak menutup biaya renovasi rumah Viki.

Melainkan justru menyisakan utang senilai Rp6 juta untuknya.

Ironisnya, Viki mengetahui biaya rehab rumahnya menggelembung hingga setelah pengerjaannya beres.

2.  Awalnya Diurusi Tetangganya

Viki mengaku tetangganya yang bernama Anang yang mengurusi program bedah rumah tersebut.

Viki lantas memberikan uang Rp10 juta dari Baznas kepada Anang untuk membeli bahan bangunan dan membayar tukang.

"Program bedah rumah ini dari awal diurusi sama tetanggaku namanya Anang. Pas aku terima uang diminta sama Anang.

Katanya, saudara dia punya toko bangunan. Uang itu buat belanja material termasuk bayar tukang borongan," kata Viki.

Renovasi bangunan rumah itu luasnya 9x5 meter memakan waktu 15 hari.

Material rumah yang diganti meliputi plafon, pintu belakang, pintu depan, dan sebagaian asbes yang sudah rusak.

Baca juga: Reaksi Tak Biasa Lesti & Billar Ditanya soal Doni Salmanan, Dulu Diberi Amplop Tebal saat Nikah

3. Dikejar-kejar Pemilik Toko Matrial

Bukannya senang, Viki dan istrinya justru tak betah berada di rumahnya setelah direnovasi.

Pasalnya, ia sekarang dikejar-kejar tagihan dari pemilik toko bangunan.

Banyaknya tanggungan yang harus dilunasi membuatnya pusing bukan kepalang.

Karena terus dikejar tanggungan utang, VIki nekat utang pada koperasi untuk menutup tagihan di toko bangunan itu.

"Aku bingung sehari-hari kerja cuma serabutan. Buat makan saja masih sulit, apalagi diminta cepat-cepat bayar utang.

Akhirnya aku ambil koperasi buat nyicil Rp 2 jutaan," keluh pria usia 24 tahun ini.

4. Curiga Makelar dan Pemilik Toko Bangunan

Viki mencurigai bantuan bedah rumah itu dimark-up oleh makelar dan pemilik toko bangunan.

Sebab, jika ditaksir renovasi rumah biayanya tidak sampai menelan belasan juta.

Dugaan ini menguat karena selama ini, pemilik toko mengirim material bangunan tidak pernah menyertakan nota pembelian.

"Sampai sekarang aku nggak terima nota. Hanya terima catatan material yang sudah dikirim,"

Malahan pemilik toko bangunan sempat nyeletuk, aku disuruh bayar dulu. Nanti kelebihannya akan dilaporkan ke Wabup Lumajang," jelasnya.

5. Penjelasan Ketua Baznas

Atok Hasan Sanusi, Ketua Baznas Lumajang mengatakan, penyaluran subsidi bedah rumah Viki telah sesuai tahapan prosedural.

Sebelum dana cair, pihaknya sudah melakukan survey. 

"Umumnya, pengerjaan renovasi rumah akan dikerjakan oleh tim lapangan dari Baznas. Tapi saya melihat di proposal sudah ada tim lapangan yang ditunjuk dari desa, maka saya tidak menunjuk tim lapangan baru. Uang Rp10 juta kami titipkan kepada koordinator bernama Anang," kata Atok.

Diketahui, uang tunai senilai Rp10 juta merupakan anggaran maksimal program subsidi bedah rumah.

Jika biaya renovasi rumah ternyata melebihi anggaran subsidi, biasanya Baznas akan koordinasi dengan pemilik rumah. Supaya biaya perbaikan rumah disesuaikan dengan anggaran yang ada.

"Semangatnya program ini swadaya. Jadi misalkan uang Rp10 juta itu kurang, harapannya masyarakat sekitar tergerak membantu menyumbang material atau tenaga," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Munder, Samsul Hadi, membenarkan subsidi bedah rumah Viki telah melewati tahapan-tahapan prosedural.

Ketika anggaran tersebut cair juga telah disaksikan Forkopimca setempat. Dengan begitu, dia akan melakukan mediasi terhadap Viki dan penyalur bantuan untuk menyelesaikan masalah pembengkakan biaya bedah rumah.

"Kalau program dari kabupaten tentu desa akan tanggung jawab. Karena ini dikerjakan pihak lain tentu kami akan semaksimal mungkin mencari solusi," jelas Samsul Hadi.

Baca juga: Kakek Tergiur Tawaran Janda Beli Tanah Bonus Istri, Kadung Bayar Lunas Berujung Ketipu Rp170 Juta