Erupsi Gunung Semeru

Kisah Nenek dan Cucunya Menyelamatkan Diri Dari Erupsi Gunung Semeru: 'Saya Tak Memikirkan Harta'

Editor: eben haezer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sinten dan cucunya, Dewi Novitasari setelah selamat dari erupsi gunung Semeru.

Reporter: Danendra Kusumawardana

TRIBUNMATARAMAN.com | LUMAJANG - Sinten (60) dan cucunya, Dewi Novitasari (17) warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang jadi korban selamat dari ganasnya erupsi Gunung Semeru.

Keduanya berlari ke tempat lebih aman sebelum awan panas guguran menyapu rumahnya hingga luluh lantak.

Sinten bercerita (60) sebelum letusan terjadi, Dusun Curah Kobokan diguyur hujan abu bercampur batu.

Baca juga: Delapan Korban Erupsi Gunung Semeru Dirawat di RSUD dr Haryoto Lumajang Karena Luka Bakar Serius

Batu-batu itu meluncur deras menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh.

Sinten yang saat itu sedang bersantai di rumah tamu langsung terperanjat dan panik.

Ia kemudian menggedor pintu kamar cucunya, Dewi. Mendengar gedoran pintu, Dewi langsung bangun dari tidurnya. Lalu dewi membuka pintu kamarnya.

Dengan memekikkan suara, Sinten bilang kepada Dewi bila Gunung Semeru sedang tidak baik-baik saja.

Lalu, Sinten menarik tangan Dewi untuk ikut berlari menyelamatkan diri.

"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," katanya, saat ditemui di RSUD dr. Haryoto, Lumajang, Sabtu (4/12).

Di luar rumah, Sinten dan Dewi sempat menengok ke arah Gunung Semeru.

Gunung Semeru terlihat memuntahkan asap abu-abu tebal ke udara.

Suhu udara langsung terasa panas, menyengat kulitnya.

Tak lama, langit berubah gelap, kilatan petir juga menyambar-nyambar.

"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," paparnya.

Ia bersama Dewi berlari ke rumah tetangga yang berjarak sekira 1 kilometer untuk berlindung.

Setelah langit kembali terang, mereka kembali berlari ke masjid sekira 5 kilometer. Di sana mereka beristirahat sejenak dan merapalkan doa.

"Lalu, kami berjalan lagi hingga ke Dusun sebelah, Dusun Gunung Sawur sekira 7 kilometer. Napas sudah ngos-ngosan. Selama dua jam, kami mengamankan diri di rumah warga Dusun Gunung Sawur. Setelah itu, kami dievakuasi menggunakan pick up ke Desa Sumbermujur," terang Dewi.

Bukannya tenang karena dapat lolos dari maut, pikiran Sinten dan Dewi berkecamuk. Betapa tidak, mereka mendapat kabar jika satu keluarganya, Samsul Arifin (30), menjadi korban luka dan tengah dilarikan di RSUD dr Haryoto Lumajang.

Samsul Arifin saat itu sedang bertugas menjaga portal tambang dekat Gunung Semeru.

"Kami langsung bergegas mendatangi RSUD dr  Haryoto. Saat ini mas Samsul sedang dirawat," pungkasnya.