Perang Beras Oplosan di Tulungagung

Perang Beras Oplosan, Penggilingan Padi di Tulungagung Masih Tertekan

Meski pemerintah memerangi beras oplosan, rupanya kebijakan itu belum menguntungkan pemilik penggilingan padi di daerah

|
Penulis: David Yohanes | Editor: Sri Wahyuni
TribunMataraman.com/David Yohanes
MENGAMBIL BERAS - Warga Desa Srikaton, Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengambil beras bantuan pangan di gudang kantor desa, pada Sabtu (26/7/2025) silam. Di tengah upaya pemerintah memerangi beras oplosan, para pengusaha beras skala kecil dan pemilik penggilingan belum merasakan dampaknya 

TRIBUNMATARAMAN.COM I TULUNGAGUNG - Pemerintah sedang memerangi beras oplosan yang beredar luas di masyarakat.

Namun kebijakan ini ternyata belum menguntungkan pengusaha beras atau pemilik penggilingan padi di daerah.

Penyebabnya, pabrik-pabrik besar masih menyerap gabah dari petani sebagai bahan baku.

Hal ini diungkapkan seorang pemilik usaha penggilingan padi di Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Fahrurozi, Rabu (13/8/2025).

Menurutnya, sejumlah mereka beras premium memang ditarik dari pasaran, namun penyerapan gabah petani masih berjalan.

“Sejumlah merek ditarik dengan alasan setop produksi atau ada sidak. Tapi di lapangan masih ada pembelian gabah petani,” ungkapnya.

Rozi menduga, setop produksi itu sekedar strategi pabrik besar untuk menunggu situasi reda.

Dengan modal besar pabrik masih bisa menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya.

Jika situasi dianggap sudah kondusif, mereka siap produksi dan membanjiri pasar dengan produknya.

“Situasi ini tidak menguntungkan pemilik penggilingan padi, karena bahan baku dari petani harganya masih tinggi. Di Tulungagung, gabah dari petani di harga Rp 7.800 sampai Rp 7.900 per kilogram,” ujar Rozi.

Baca juga: Meski Kalah atas Argentina, Indonesia Tetap Lolos Babak 16 Besar di FIVB 2025

Lanjutnya, saat pabrik besar berhenti produksi seharusnya kekosongan barang bisa diisi penggilingan kecil.

Namun penggilingan juga mengalami kesulitan produksi, karena bahan baku sudah diserap pabrik.

Bahkan karena harganya sudah mepet, banyak penggilingan yang memilih bekerja sama dengan pabrik besar dengan memasok bahan setengah jadi berupa beras pecah kulit.

“Sudah jarang penggilingan yang sampai memproduksi beras jadi. Rata-rata memasok beras pecah kulit ke pabrik,” katanya.

Sebenarnya penggilingan digandeng Bulog untuk memasok beras medium di harga Rp 12.800 sampai Rp 12.900 per kilogram.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved