Berita Terbaru Kabupaten Nganjuk
Warga Nganjuk Ciptakan Alat Perangkap Hama Ramah Lingkungan dan Adopsi Strategi Lean
Susanto, warga Kabupaten Nganjuk menciptakan alat parangkap cahaya untuk mengusir hama. Berikut cara kerjanya
Penulis: Danendra Kusuma | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM | NGANJUK - Lahir dari keluarga petani menyebabkan Susanto sudah akrab dengan dunia pertanian sejak masih kecil.
Sepulang sekolah maupun saat libur, pria berusia 47 tahun itu kerap berinisiatif membantu pekerjaan orang tuanya dengan terjun langsung ke sawah.
Ia berpartisipasi dalam beragam proses penggarapan padi, mulai menanam, perawatan, hingga memanen.
Praktis, dia merasakan tiap momen senang dan susahnya bertani. Senangnya, padi tumbuh subur dan menghasilkan. Susahnya, gagal panen sampai harga anjlok.
Dari pengalaman itu, ketika beranjak dewasa, warga Desa Gandu, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk ino bertekad untuk mengembangkan sektor pertanian, semata-mata agar petani bisa berdaya. Hari-harinya disibukkan dengan membuat teknologi dan menggagas pertanian modern.
Berselang waktu, ia pun memetik hasil dari kerja kerasnya. Susanto sukses menciptakan alat perangkap cahaya buat hama dan membangun konsep lean farming.
Susanto mengatakan ide membuat alat perangkap cahaya muncul pada 2010.
Ia melakukan riset dan merancangnya bareng seorang teman yang paham kelistrikan secara swadaya.
Awalnya, sejumlah rintangan dia hadapi. Misalnya, instalasi listrik yang belum sempurna. Dia menggunakan sistem instalasi listrik terhubung.
Sehingga jika aliran listrik yang disalurkan melalui baterai mobil padam, seluruh lampu pada alat perangkap ikut padam. Tiang perangkap juga ringkih karena terbuat dari besi. Mudah berkarat.
"Menggunakan batrei mobil sebagai sumber listrik dengan instalasi terhubung tak efektif," katanya.
Ia dan rekannya memutar otak guna menuntaskan masalah tersebut. Susanto lantas mencoba mengganti sumber energi dari batrei mobil menjadi panel surya. Satu tiang perangkap diisi panel surya. Tak terhubung seperti sebelumnya.
Komponennya pun diganti aluminuim. Dia mengklaim alat perangkap hama bisa awet sampai puluhan tahun.
"Tahun 2014, kami tuntaskan pengerjaan alat perangkap cahaya hama. Sumber energinya ramah lingkungan karena memakai panel surya dan bahannya tahan lama. Panel surya otomatis mengalirkan listrik pada malam hari. Daya tahannya 12 jam. Sedang proses pengisiannya cukup 5 jam," paparnya.
Dia menjelaskan, selain lampu 1,2 watt dan panel surya, alat perangkap cahaya berisikan baskom.
Baskom itu digunakan sebagai perangkapnya. Baskom ia isi air bercampur detergen.
"Cara kerjanya, cahaya lampu mengundang hama untuk mendekat. Karena lampu diletakkan di atas baskom, cahayanya pun memantul ke air. Berikutnya, serangga akan mengikuti pantulan cahaya itu dan terjebak dalam baskom berisi air detergen," paparnya.
Dia menyebutkan, kini, produk perangkap cahaya buatannya sudah terjual ke sejumlah daerah, antara lain, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Aceh.
Satu unit alat perangkap cahaya itu, ia banderol seharga Rp 400 ribu.
"Alat perangkap cahaya ini menekan penggunaan pestisida kimia pembunuh hama. Pestisida kimia berlebihan punya dampak negatif, yakni menurunkan kualitas tanah dan komoditas pertanian. Juga bikin petani hemat dalam biaya perawatan tanaman," ucapnya.
Di sisi lain, dia mencoba menerapkan metode lean pada sektor pertanian. Metode lean itu ia adopsi dari strategi manufaktur pabrikan mobil asal amerika, Ford, yang mengutamakan efisiensi dan peningkatan kualitas produk.
Inovasi lean itu ia kenalkan ke petani bawang merah di Desa Klagen, Kecamatan Rejoso pada 2022.
"Saat ini, konsep lean farming itu tengah berjalan di sana. Strategi lean farming ini saya yakini bisa mengatasi masalah pertanian," ucapnya.
Duta Petani Milenial ini mengungkapkan metode lean mengharuskan para petani bekerja dalam satu hamparan seluas 7,5 hektare.
Di satu lokasi itu, terintegrasi beberapa unit usaha.
"Di sana ada sejumlah klaster pertanian, perternakan. Nantinya, juga ada pengolahan pupuk organik mandiri dan sarana perbenihan. Dengan lean pula korporasi akan terbentuk. Segala manajemen dikelola oleh petani," ucapnya.
Segala bentuk kegiatan dalam lean farming akan saling menopang.
Contohnya peternakan. Kotoran hewan ternak bisa dijadikan sebagai pupuk organik.
"Karena berada di satu lokasi jadi lebih efisien. Biaya pengeluaran bisa berkurang. Karena kerja berjamaah, petani bisa mengatur strategi bersama-sama. Pola tanam teratur tak seragam. Sehingga saat musim panen tiba tak terimbas harga yang turun drastis lantaran stok komoditas melimpah. Juga pengendalian hama terukur," ujarnya.
"Kami juga akan berupaya membentuk rantai pasar agar komoditas petani terserap. Kami menjalin kerjasama salah satunya dengan industri atau offtaker. Petani akan sejahtera," tutupnya.
(danendra kusumawardana/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer
Berita terbaru kabupaten Nganjuk
perangkap hama ramah lingkungan
Kabupaten Nganjuk
tribunmataraman.com
Empat Benda Kuno Diserahkan ke Museum Anjuk Ladang Nganjuk |
![]() |
---|
Polisi Tangkap Pencuri Motor di Nganjuk, Tersangka Dibekuk Saat Mengendarai Barang Curian |
![]() |
---|
Polres Nganjuk Gulung 2 Pengedar Narkoba Besar, Terancam Hukuman Seumur Hidup |
![]() |
---|
4 Hari Bebas Dapat Remisi di Hari Kemerdekaan, Warga Nganjuk Kembali Berurusan dengan Hukum |
![]() |
---|
Petugas Gabungan Razia Rumah Kos di Kertsono Nganjuk, Ini Hasilnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.