Berita Terbaru Kabupaten Nganjuk

Siswa SMA Bina Insan Mandiri Nganjuk Kembangkan EBT, Buat Inovasi Kincir Angin Pembangkit Listrik

Siswa SMA Bina Insan Mandiri Nganjuk membuat kincir angin sebagai tenaga pembangkit listrik di sekolahnya. Berikut cerita lengkapnya

Penulis: Danendra Kusuma | Editor: eben haezer
ist
Siswa SMA Bina Insan Mandiri, Dusun Baron Timur, Desa Baron, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, tengah mengecek kincir angin buatannya. Energi yang dihasilkan kincir angin digunakan untuk menghidupkan piranti WiFi dua ruangan laboratorium, Kamis (31/10/2024).  

TRIBUNMATARAMAN.COM | NGANJUK - Sejak lama, julukan Kota Angin begitu melekat pada Kabupaten Nganjuk.

Itu karena tiupan angin dengan intensitas kencang kerap dirasakan di sana, terutama ketika sudah masuk musim kemarau.

Faktor utama lainnya adalah karena letak geografisnya. Kabupaten Nganjuk terletak di antara Gunung Wilis dan Gunung Arjuno.

Hal itu menyebabkan angin dari atas kedua gunung tersebut bertiup kencang hingga kawasan cekungan atau daratan Nganjuk.

Karakteristik angin ini lantas memberikan ide cemerlang untuk siswa SMA Bina Insan Mandiri, Desa/Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk, untuk mengembangkan pembangkit listrik energi bersih.

Setelah itu, mereka memutuskan untuk langsung mengeksekusi pembuatan kincir angin penghasil listrik di sekolahnya.

Proses pembuatan tersebut dimulai saat akhir tahun 2022. Prosesnya tak semerta-merta jadi begitu saja, begitu banyak rintangan yang dihadapi siswa ketika mereka mulai melakukan pengerjaan prakarya tersebut.

Kincir angin ciptaan mereka saat itu mudah patah tersapu angin karena proses perakitannya belum sempurna.

Ini disebabkan kincir anginnya yang hanya terbuat dari pipa, kerangka dan tiangnya juga rapuh karena berbahan papan triplek serta bambu.

Namun, mereka tak segera menyerah begitu saja, skill mereka terus diasah dan materialnya juga kerap diperbarui.

Pembuatan Kincir Angin sebagai Sumber Energi

Terik matahari siang itu tak menyurutkan semangat Muhammad Fadhil Al Fikri (17) dan kelima rekannya untuk mengecek kondisi kincir angin yang mereka buat.

Kincir angin tersebut terpasang di atap gedung sekolah SMA Bina Insan Mandiri.

Setibanya di lokasi, mereka langsung memastikan baling-baling kincir tersebut berfungsi dengan semestinya. 

"Prototipe kincir angin ini buatan kami, siswa Bina Insan Mandiri. Sampai saat ini, jumlah kincir angin yang berhasil kami buat berjumlah empat unit. Alhamdulillah, semuanya berfungsi dengan baik, bisa menyalurkan energi listrik," katanya, Kamis (31/10/2024).

Fikri menyebut, proses pembuatan satu unit kincir angin memakan waktu dua pekan dengan biaya Rp 300 ribu.

Pengerjaannya dilakukan oleh enam siswa, yakni Fikri, Abdul Qudus Hakim, Syahidan Fajar Wahid, Ahmad Fadzlan Rizky, Zaki Ubaidillah, dan Azzam Fahmi. Keenamnya saat ini duduk di bangku kelas 11 dan 12.

Kincir angin buatan siswa ini tiap tahun terus berevolusi. Mulai dari berbahan kayu maupun pipa hingga berubah menjadi mayoritas berbahan besi.

Sementara itu, baling-baling pada kincir angin karya mereka memiliki ukuran sekitar 1 meter dengan ketebalan 2 milimeter.

Dilengkapi rem karet yang berfungsi untuk mengatur kecepatan, ekor besi untuk mengatur arah, tiang besi penyangga setinggi 2 meter, dinamo dan aki penyimpan listrik.

"Tahun 2022 masih terbuat dari pipa, kayu, dan bambu. Bahan itu tidak tahan banting, mudah rusak kena angin kencang. Dinamo pernah terbakar karena kecepatan baling tak terukur. Kami putar otak, tahun ini mengganti bahan dengan besi. Kami juga menambahkan rem agar kecepatan baling stabil. Kami membuat kincir sendiri dibantu guru pembimbing, kecuali dinamo dan aki beli di toko" terang Fikri.

Ke depannya, mereka berencana terus membuat kincir angin baru. Semakin banyak kincir angin, semakin besar pula energi yang dihasilkan.

"Kami termotivasi untuk membuat kincir angin lagi. Menurut kami angin di Nganjuk ini sangat potensial," ucapnya.

Listrik dari Kincir Angin Hidupkan Perangkat Jaringan Wi-Fi

Senyum Abdul Qudus Hakim (16) mendadak merekah saat angin berhembus kencang di tengah suhu yang mencapai 30 derajat celcius. 

Selaras dengan angin tersebut, baling kincir angin pun ikut berputar cepat.

"Kami lega jika angin berhembus kencang. Kalau tidak ada angin maka aki tak terisi listrik," jelas siswa kelas 11 SMA Bina Insan Mandiri ini.

Guru Pembimbing Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) SMA Bina Insan Mandiri, Sri Handayani mengungkapkan aki penyimpan listrik yang terhubung dengan kincir angin mempunyai kapasitas 1,2 kWh.

Sedangkan, untuk satu kincir angin sendiri dapat menghasilkan tegangan sebesar 10-14 volt.

"Pengisian aki tergantung angin, kalau kecepatan angin sekitar angka 30 km/jam, aki bisa terisi penuh dalam waktu 60 jam. Tapi jika dirata-rata, umumnya aki dapat terisi penuh selama 10 hari," ujarnya. Sebagai informasi, catatan BPBD setempat, angin di Nganjuk bergerak kencang biasanya terjadi Juli-September.

Sri melanjutkan, energi dari kincir angin ini dipergunakan untuk menyalakan piranti Wi-Fi di ruang laboratorium fisika dan komputer.

Daya tahan aki dalam menyalurkan listrik ke router Wi-Fi bisa sampai 3 hari.

"Tujuan selanjutnya yaitu supaya kincir angin bisa menghidupkan lampu lapangan sekolah," terangnya.

Tanamkan Pemahaman Pentingnya Energi Baru Terbarukan Lewat Pembelajaran di Sekolah

SMA Bina Insan Mandiri mengimplementasikan kurikulum Merdeka dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kurikulum itu terdapat muatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Salah satu di antara tujuh tema di P5, termaktub rekayasa teknologi.

"Selama 3 tahun sekolah, siswa harus menyelesaikan tujuh tema. Salah satunya tema rekayasa teknologi. Di tema tersebut, kami ingin memberikan pengetahuan kepada seluruh siswa untuk mengetahui Energi Baru Terbarukan (EBT)," ucap Kepala Sekolah SMA Bina Insan Mandiri, Wijaya Kurnia Santoso. 

Wijaya menilai EBT sangat penting bagi kehidupan. Pasalnya, EBT tak menimbulkan polusi maupun emisi karbon sehingga kelestarian alam bisa terjaga.

"Kita tahu bahwa energi listrik menggunakan bahan bakar fosil tetapi efeknya tidak baik bagi lingkungan. Sehingga sangat penting mengajarkan kepada siswa mengenai pentingnya energi bersih. Maka dari itu kami mengajak para siswa untuk membuat tugas prototipe kincir angin," ucapnya. 

Ia menjelaskan, sekolah turut hadir untuk memfasilitasi para siswa, untuk membuat kincir angin melalui optimalisasi anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Biaya Penunjang Operasional Penyelenggaraan Pendidikan (BPOPP).

"Kincir angin karya siswa sekarang pakai besi, bukan menggunakan pipa jadi terhitung lebih kuat. Di samping itu, siswa mendapat ilmu, mulai dari perakitan, observasi, analisis, dan membuat laporan mengenai EBT medium kincir angin. Harapan kami nantinya, siswa punya bekal untuk mengembangkan ilmu ini di tahap selanjutnya, yakni perguruan tinggi," ucapnya. 

Wijaya menambahkan, belum ada pihak yang serius untuk mengoptimalkan energi angin di Nganjuk. Dia berangan, suatu saat ada investor yang mengembangkannya. 

"Kami ingin menunjukkan prototipe kincir angin yang dibuat siswa. Hasil dari penelitian siswa dan guru memang Kota Nganjuk anginnya fluktuatif. Tapi paling tidak dengan julukan Kota Angin, dapat dimaksimalkan untuk proyek kincir angin," tambahnya.

Potensi Angin di Nganjuk Sempat Dilirik Investor dari Tiongkok 

Perusahaan bidang energi yang berpusat di Tiongkok, Envision pernah membidik Kabupaten Nganjuk sebagai tempat pengembangan PLTB pada tahun 2022. Bahkan, perusahaan itu telah melakukan studi data sekunder di Nganjuk.

"Mereka sudah melakukan persentase dengan kami dan memetakan wilayah atau titik perencanaan," ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Nganjuk, Judy Ernanto.

Berdasarkan pemetaan, rencananya turbin dipasang di Kecamatan Ngluyu.

Perusahaan ini ingin membangun 74 turbin dengan tinggi menara baja 120 meter dan panjang baling-baling 80 meter. Masing-masing menara menghasilkan 4,2 MW dengan jumlah kapasitas total 320 MW.

Nantinya, manfaat yang akan didapat daerah ketika PLTB terbangun, antara lain pajak, wisata, penyerapan tenaga kerja, dan suplai EBT.

"Itu semua masih dalam perencanaan. Perusahaan masih menggali potensi secara menyeluruh sebelum melangkah investasi," ungkapnya.

Namun, ketika kincir angin prototipe untuk penelitian potensi belum sempat dibangun, kebimbangan dari pihak pemerintah muncul.

Pemerintah khawatir proses pemasangan kincir angin prototipe pakai alat berat menyebabkan jalan di bawah wewenang Pemkab rusak. Akhirnya, pembangunan kincir angin pun tidak jadi dilakukan.

"Tidak ada kelanjutan mengenai rencana tersebut. Meski demikian, kami berencana mau mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)," tutupnya.

Pembangunan PLTB Berkontribusi Tingkatkan Ekonomi

Pakar Ekonomi Agribisnis dan Pembangunan Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri, Prof. Dr. Sumarji SP., MP, meminta Pemkab Nganjuk lebih cepat dalam mengambil kesempatan ketika ada investor yang berencana membangun PLTB.

Menurutnya, pembangunan PLTB dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian maupun pertanian.

"Bagi saya, ketika ada investor yang mau masuk di Kota Nganjuk untuk memanfaatkan potensi alam dalam rangka mengembangkan PLTB adalah hal positif. Karena bisa memicu pertumbuhan ekonomi dan sektor pertanian," urainya.

Manfaat ekonomi memang tidak bisa dirasakan secara langsung. Pengaruh positif baru bisa dirasakan ketika PLTB dirancang menjadi destinasi wisata di kemudian hari.

"Jika dijadikan destinasi wisata berkonsep edukasi, saya rasa akan menjadi daya tarik pariwisata baru di Kabupaten Nganjuk. Kalau memungkinkan di kawasan PLTB dibangun lapak-lapak UMKM. Sehingga selain berwisata, wisatawan bisa langsung membeli oleh-oleh atau menikmati kuliner di sana," terangnya.

Ia menambahkan, kincir angin bisa digunakan sebagai alat bantu memompa air untuk irigasi. 

"Ini bisa menjadi energi alternatif di sektor pertanian. Biaya pemeliharaan yang dikeluarkan petani bisa ditekan. Karena tak perlu membeli bahan bakar untuk diesel pemompa air," pungkasnya. 

(Danendra Kusuma/tribunmataraman.com)

editor: Intan Nur Azizah 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved