Berita Terbaru Kabupaten Blitar
Kisah Bu Lut Produsen Gula Kelapa di Ngoran Blitar yang Masih Bertahan di Tengah Sulitnya Bahan Baku
Kisah Bu Lut Produsen gula kelapa di Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar secara berlahan-lahan semakin habis.
Penulis: Samsul Hadi | Editor: faridmukarrom
TRIBUNMATARAMAN.COM | BLITAR - Produsen gula kelapa di Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar secara berlahan-lahan semakin habis.
Menipisnya bahan baku dan sulitnya mencari tenaga pemanjat pohon kelapa membuat para produsen gula kelapa di Desa Ngoran terpaksa berhenti produksi.
Kini, dari puluhan produsen tinggal beberapa warga yang masih bertahan memproduksi gula kelapa, salah satunya Bu Lut (57).
"Dulu, hampir semua warga di sini (Desa Ngoran) memproduksi gula kelapa. Sekarang tinggal beberapa orang, itupun tidak tiap hari produksi," kata Bu Lut ditemui di sela-sela memproduksi gula kelapa di rumahnya, Sabtu (12/10/2024).
Baca juga: Jadwal dan Prediksi China vs Indonesia Kualifikasi Piala Dunia 2026 Live RCTI
Saat itu, Bu Lut sedang merebus legen atau nira kelapa sebagai bahan baku gula kalapa di belakang rumah.
Ibu tiga anak itu menggunakan tungku kayu untuk merebus nira kelapa yang ditaruh dalam wajan besar.
Sesekali, ia terlihat mengaduk rebusan nira kelapa yang bentuknya masih cair seperti santan.
"Legen (nira kelapa) direbus sampai mengental. Biasanya butuh waktu tujuh jam. Kalau tadi saya mulai merebus pukul 07.00 WIB berarti selesainya pukul 14.00 WIB," ujar nenek tujuh cucu itu.
Setelah rebusan nira kelapa mengental, ia melanjutkan dengan mencetak. Ia menggunakan tempurung kelapa yang sudah dibelah untuk mencetak gula kelapa.
"Setelah dicetak dibiarkan dingin dulu sebelum dibungkus plastik untuk dijual. Biasanya sudah ada pengepul yang mengambil (gula kelapa)," katanya.
Bu Lut memproduksi gula kelapa sudah lebih 30 tahun. Dulu, ia memproduksi gula kelapa bersama almarhum suaminya, Wiji.
Ketika suaminya masih hidup, ia bisa memproduksi gula kelapa tiap hari.
Suaminya yang menderes atau mencari nira kelapa, sedang ia yang bagian memproduksi gula kelapa.
Kebetulan, ia memiliki 20 pohon kelapa di kebun belakang rumah.
Setelah suaminya meninggal, ia tidak bisa lagi memproduksi gula kepala setiap hari.
Ia kesulitan mencari tenaga pemanjat pohon kalapa untuk menderes nira kelapa.
"Sekarang sudah jarang ada orang mau jadi penderes. Saya hanya punya satu orang penderes. Kalau penderes-nya sedang sakit atau repot, saya juga tidak produksi," ujarnya.
Karena kesulitan mencari tenaga pencari nira kelapa, sekarang produksi gula kelapa di tempat Bu Lut paling rutin tiap delapan hari sekali.
Ia juga harus berbagi nira kelapa untuk bahan baku produksi gula kelapa dengan penderes. Biasanya, penderes diberi upah nira kelapa.
"Sekarang saya produksi gula kelapa tiap delapan hari sekali, gantian dengan penderes. Sekali produksi biasanya jadi 15 kilogram gula kelapa. Saya jual ke pengepul dengan harga Rp 18.000 per kilogram," katanya.
Selain kesulitan mencari penderes, kata Bu Lut, bahan baku produksi gula kelapa di wilayah desanya juga semakin berkurang.
Banyak pohon kelapa di wilayah desanya mati diserang hama kumbang atau biasa disebut wawung.
"Karena bahan bakunya menipis, akhirnya banyak warga yang berhenti produksi," ujarnya.
Painun, pengepul gula kelapa di Desa Ngoran mengatakan jumlah produsen gula kelapa di desanya semakin berkurang.
Dulu, katanya, desanya bisa disebut sebagai sentra produsen gula kelapa karena hampir semua rumah tangga memproduksi gula kelapa.
Namun, secara berlahan, banyak produsen gula kelapa di desanya berhenti produksi karena kesulitan bahan baku.
"Pohon kelapa di sini (Desa Ngoran) hampir habis diserang wawung (hama kumbang). Warga kesulitan mencari bahan baku untuk produksi gula kelapa," katanya.
Painun sendiri, sebelum menjadi pengepul, dulunya juga sebagai produsen gula kelapa.
Ia berhenti produksi sejak bahan baku gula kelapa di desanya mulai sulit didapatkan.
"Sekarang saya hanya jualan, jadi pengepul gula kelapa," ujarnya.
Painun mendapatkan gula kelapa tidak hanya dari produsen di desanya saja, tapi juga dari produsen di desa lain.
Menurutnya, saat ini, produsen gula kelapa yang masih banyak produksi berada di Desa Sumberasri Kecamatan Nglegok, Desa Sidorejo Kecamatan Ponggok dan Desa Karangrejo Kecamatan Garum.
"Beberapa desa itu sampai sekarang masih banyak yang memproduksi gula kelapa. Karena bahan bakunya masih tersedia," katanya.
Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Tribun Mataraman
(tribunmataraman.com)
Delapan Jabatan Kepala Dinas di Pemkab Blitar Kosong, BKPSDM Segera Gelar Seleksi Terbuka |
![]() |
---|
Kali Pertama Bupati Blitar Rijanto Mutasi Pejabat Pemkab, Ratusan Orang Kena |
![]() |
---|
Perempuan Jadi Korban Begal di Hutan Jati Sutojayan Blitar, Sepeda dan Tas Dirampas |
![]() |
---|
Proyek Pembangunan Jalan di Kabupaten Blitar Belum Dimulai Hingga Agustus |
![]() |
---|
Usulan Anggaran Pembangunan Pasar Kesamben Blitar Dapat Lampu Hijau dari Pusat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.