Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung
Jasa Tukar Uang Baru di Tulungagung Berkurang Dibanding Tahun Lalu, Pemilu Dituding Sebagai Sebab
Karena sulit mendapatkan stok uang baru, jasa penukaran uang baru di Kabupaten Tulungagung tahun ini tak sebanyak tahun lalu.
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Jasa penukaran uang baru menjelang lebaran di Kabupaten Tulungagung tak sebanyak lebaran tahun lalu.
Hanya ada beberapa orang yang terlihat menawarkan jasa di sekitar wilayah kota, seperti Jalan Basuki Rahmat, Jalan A Yani Timur dan Jalan Pangeran Antasari.
Padahal di tahun-tahun sebelumnya jasa penukaran uang baru ini banyak berjajar di sepanjang jalan.
Salah satu yang masih menawarkan jasa adalah Eko Yulianto, warga Kelurahan Kenayan, Kecamatan Tulungagung.
Eko sejak 5 hari lalu membuka lapaknya di ujung utara Jalan Basuki Rahmat.
"Memang barangnya sulit didapat, makanya yang buka penukaran juga sedikit," ucap Eko.
Eko mengatakan, uang baru ini bukan ditukar dari bank, tapi ada yang memasok.
Dari pemasok ini Eko mendapatkan dengan harga sekitar 6-9 persen lebih mahal.
Uang baru ini lalu ditawarkan dengan "uang jasa" sekitar 10 persen hingga 12,5 persen.
Untuk pecahan Rp 20.000 dikenakan uang jasa Rp 10.000 per Rp 100.000 atau 10 persen, pecahan Rp 10.000 dikenakan Rp 12,5 persen dan pecahan Rp 5.000 dikenakan 15 persen.
"Dari pemasoknya itu barangnya memang terbatas. Jadi banyak yang kesulitan mendapatkan uang baru," sambung Eko.
Sebenarnya ada uang layak edar (ULE) dengan kondisi 80-90 persen, tidak sepenuhnya baru.
Namun Eko menolak menawarkan ULE dengan alasan tidak banyak yang suka.
Masyarakat benar-bena mencari uang baru 100 persen.
Eko menduga, salah satu penyebab sulitnya barang karena dampak Pemilu 2024.
Banyak calon anggota legislatif (Caleg) yang membutuhkan uang pecahan kecil untuk para pendukungnya.
Akibanya para pemasok uang baru dari Blitar yang jadi langganannya juga kesulitan barang.
"Mungkin memang sudah banyak yang keluar saat Pemilu kemarin, jadi yang ada masih stok sisa sama ULE," katanya.
Dengan tidak banyak jasa penukaran uang baru yang menawarkan jasa di tepi jalan, Eko mengaku mendapat untung.
Dalam satu hari hasil yang didapatnya Rp 15 juta hingga Rp 20 juta.
Ia menduga di hari terakhir menjelang lebaran Selasa (9/4/2024) permintaan semakin banyak.
"Besok hari terakhir, yang belum dapat uang baru pasti menyerbu. Basanya harganya juga naik," tegas Eko.
Meski mendapatkan keuntungan yang menggiurkan, namun jasa penukaran yang baru juga menanggung risiko rugi.
Penyebabnya mereka sebelumnya sudah menukar uang baru dengan nilai 6-9 persen lebih mahal.
Jika masih ada uang baru yang gagal ditukarkan, maka akan jadi uang biasa.
"Uang yang tersisa kan tetap jadi uang biasa, padahal kita ambilnya sudah mahal. Jadi rugi kalau ada yang tidak laku," tandasnya.
(David Yohanes/tribunmataraman.com)
editor: eben haezer
Perguruan Silat di Tulungagung Dilibatkan Jaga Kondusivitas, Diminta Waspadai Provokasi |
![]() |
---|
Satlantas Polres Tulungagung Temukan Truk Terlibat Tabrak Lari Lansia |
![]() |
---|
Wow, Desa Beji Tulungagung Punya Sekolah Setingkat SMA Terbanyak di Indonesia |
![]() |
---|
Modus Pinjam, Pemuda Ngunut Tulungagung Membawa Kabur Sepeda Motor Milik Teman Perempuan |
![]() |
---|
Aniaya Teman Kencan saat Nginap di Hotel Tulungagung, Warga Trenggalek Jadi Tersangka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.