Berita Terbaru Kabupaten Tulungagung

Dinkes Tulungagung Temukan 1 Pasien Leptospirosis Meninggal Dunia di Kecamatan Sumbergempol

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung menemukan satu pasien leptospirosis di tahun 2024 ini. Bahkan satu pasien itu tak terselamatkan

Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/david yohanes
Pembedahan tikus yang ditangkap dari lingkungan pasien leptospirosis di Tulungagung 

TRIBUNMATARAMAN.COM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tulungagung menemukan satu pasien leptospirosis di tahun 2024 ini.

Pasien asal Desa Sambirobyong, Kecamatan Sumbergempol berusia 38 tahun ini meninggal dunia setelah dinyatakan positif leptospirosis.

Menurut Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardani, korban masuk ke rumah sakit setelah hari ke-6.

“Karena gejala leptospirosis ini memang seperti penyakit lain, seperti demam dan panas. Korban sempat berobat ke klinik umum,” ungkap Desi.

Setelah hari ke-6, korban mengalami kondisi semakin parah hingga dirujuk ke rumah sakit.

Dokter yang menangani kemudian curiga korban terinfeksi bakteri leptospirosis sehingga melakukan pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan menyatakan pasien positif leptospirosis, namun akhirnya tak tertolong.

“Setelah pasien meninggal, kami melakukan pemeriksaan kontak hingga radius 100 meter dari rumah korban, untuk memastikan kemungkinan penularan,” sambung Desi.

Penularan ini bukan dari pasien ke orang lain, namun melalui hewan yang menjadi vektor bakteri leptospirosis.

Leptospirosis sering disebut penyakit kencing tikus oleh masyarakat awam, karena bakterinya biasanya menyebar lewat kencing tikus yang sudah terpapar.

Namun bakteri ini juga bisa tinggal di dalam hewan lain, seperti babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing kelinci, tupai, kucing dan lain-lain.

“Hasil pemeriksaan kontak, tidak ada warga yang mengalami gejala serupa, termasuk keluarga korban,” ungkap Desi.

Untuk memastikan penyebaran bakteri leptospirosis di hewan ternak, Dinkes menggandeng Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan).

Sementara Dinkes langsung melakukan upaya sosialisasi, untuk memberikan pemahaman masyarakat terkait penyakit zoonosis yang mematikan ini.

Masih menurut Desi, banyak faktor yang bisa membuat penyebaran penyakit ini di kawasan perdesaan.

“Kalau di perkotaan, biasanya dipicu kencing tikus yang disebarkan lewat banjir. Kalau di desa banyak faktor,” ujar Desa.

Faktor itu antara lain hewan ternak yang dipelihara warga, dan kebiasaan tanpa alat pengamanan diri (APD).

Warga biasa bekerja di sawah atau kontak hewan ternak tanpa sepatu boot.

Luka sedikit saja bisa menjadi jalan bakteri leptospirosis menginfeksi manusia.

Ledakan kasus leptospirosis terjadi di tahun 2023, dengan 16 pasien dari seluruh Kabupaten Tulungagung.

Pasien berasal dari sejumlah kecamatan, seperti Bandung, Boyolangu, Ngunut, Karangrejo dan Sendang.

Sementara di tahun 2022 ada 2 pasien leptospirosis di Tulungagung.

Gejala yang muncul seperti demam, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri betis dan paha, hingga gagal ginjal.

(David Yohanes/TRIBUNMATARAMAN.COM)

editor: eben haezer 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved