Warna Warni Ramadan

Tradisi Sholat Tarawih Cepat di Pondok Mantenan Blitar: Berhasil Membuat Jemaah Memadati Masjid

Sholat tarawih di Ponpes Mamba'ul Hikam di Blitar dikenal sebagai sholat tarawih cepat atau sholat tarawih kilat. Seperti ini tradisinya

Penulis: Samsul Hadi | Editor: eben haezer
tribunmataraman.com/samsul hadi
Sebagian jemaah mengikuti sholat tarawih di halaman Masjid Ponpes Mamba'ul Hikam, Desa Mantenan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Rabu (22/3/2023) malam.  

Udin, panggilan Mamba'udin mengaku sejak kecil sampai sekarang sudah berkeluarga dan punya anak selalu mengikuti jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan.

"Tiap Ramadan, saya rutin sholat tarawih di Pondok Mantenan. Kalau tidak ada halangan, saya rutin ikut sholat tarawih mulai awal sampai finish di sini. Dari kecil sampai sekarang sudah punya anak, saya ikut sholat tarawih di sini," katanya.

Udin juga merasakan suasana berbeda saat mengikuti jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan.

Selain cepat, menurutnya, jemaah sholat tarawih di Pondok Mantenan selalu ramai.

"Sholatnya cepat, sekitar 10 menit sudah selesai. InsyaAllah, saya sudah bisa mengikuti (kecepatan gerakan) sholat tarawih di sini (Pondok Mantenan)," ujarnya.

Asal Mula Sholat Tarawih Cepat di Pondok Mantenan

Pengasuh Ponpes Mamba'ul Hikam atau Pondok Mantenan, KH Muhammad Dliya'uddin Azzamzam mengatakan sholat tarawih model seperti ini (cepat) sudah berjalan sejak zaman kakeknya, pendiri Pondok Mantenan, Kiai Abdul Ghofur.

"Mbah Yai Abdul Ghofur mendirikan pondok ini pada 1907," kata KH Muhammad Dliya'uddin Azzamzam usai memimpin sholat tarawih di Pondok Mantenan, Rabu (22/3/2023) malam.

Ia menjelaskan asal mula tradisi sholat tarawih cepat di Pondok Mantenan. Dulu, pada waktu pondok didirikan oleh kakeknya Kiai Abdul Ghofur, kondisi masyarakat di sekitar Desa Mantenan masih awam dengan agama Islam.

Mbah Abdul Ghofur bisa dibilang yang babat alas menyebarkan agama Islam di sekitar Desa Mantenan.

"Di sini (Mantenan) dulu, (masyarakatnya) masih awam (agama Islam). Istilahnya, yang babat Mbah saya itu. Waktu tiba Ramadan, Mbah melaksanakan sholat tarawih seperti biasa. Tapi, akhirnya setelah seminggu, jemaah habis, tinggal dua, tiga orang saja," ujar generasi keempat pengasuh Ponpes Mantenan itu.

Ia menceritakan, setelah mengetahui jemaah sholat tarawih semakin habis, Mbah Abdul Ghofur kemudian mendatangi satu per satu rumah jemaah.

Mbah Abdul Ghofur menanyakan kepada para jemaah kenapa tidak lagi ikut jemaah sholat tarawih.

"Akhirnya, para jemaah ditanya satu per satu oleh Mbah Abdul Ghofur. Cara Jawanya, nyapo kok gak gelem tarawih? (kenapa kok tidak mau tarawih? red.) Jawabannya kesel, Gus. Waktu itu Mbah Abdul Ghofur masih muda," katanya.

Lalu, Mbah Abdul Ghofur mencarikan solusi agar masyarakat mau ikut jemaah sholat tarawih lagi, yaitu, dengan mempercepat pelaksanaan sholat tarawih.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved