Berita Kediri
Pengalaman Erwin Dewi Kusniandra Jadi Juru Bahasa Isyarat, Rela Bepergian Luar Kota Saat Hamil Tua
Inilah cerita Erwin Dewi Kusniandra dengan passion-nya untuk menjadi juru bahasa isyarat demi membantu para disabilitas
TRIBUNMATARAMAN.COM - Kurangnya tenaga juru bahasa isyarat membuat Erwin Dewi Kusniandra (34) memutuskan terjun dalam bidang tersebut.
Perempuan kelahiran Sidoarjo ini kini menjadi pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) tingkat C Dharmawanita Pare, Kabupaten Kediri.
Sebenarnya, Erwin sudah tertarik dalam bidang yang ia geluti saat ini sejak lama. Karena kebutuhan akan juru bahasa isyarat tak berbanding lurus dengan tenaga profesi tersebut, membuat Erwin yakin untuk semakin mendalami bidang itu.
"Saya melihat masih belum banyak yang terjun dalam profesi ini (juru bahasa isyarat). Padahal kebutuhan akan tenaga ahli di bidang ini cukup besar. Mereka bisa menjembatani masyarakat berkebutuhan khusus untuk memperoleh informasi yang baik," kata Erwin, Selasa (15/11/2022).
Erwin menceritakan, awal mula menyukai bahasa isyarat yaitu waktu kecil melihat acara di televisi ada bahasa isyarat yang membuatnya tertarik.
Bahkan, sejak kecil inginnya hanya bekerja sebagai guru karena pulangnya siang agar bisa memanfatkan waktu senggangnya menjadi ibu rumah tangga.
Apalagi masa SMA sering melihat sinetron seperti itu karena menarik dan bisa komunikasi dengan anak difabel karena mereka terbatas.
"Ketertarikan bahasa isyarat itu karena sifatnya fleksibel, senang, dan tidak sulit," ujarnya.
Setelah lulus SMA, Erwin menempuh jenjang sarjana bidang pendidikan luar biasa di Universitas Surabaya dan lulus tahun 2009.
Dari situ, ia memperdalam dalam ilmu bahasa isyarat. Itu pun mendapatkan dukungan penuh dari orang tuanya, namun paman dan bibinya sempat tidak setuju dan menginginkan untuk berada di jurusan pendidikan lain.
"Mau bagaimana lagi, itu kan keinginan saya. Jadi saya tetap melanjutkan pendidikan itu," ungkapnya.
Hamil 9 Bulan Tetap Bekerja
Dia mengatakan, ada pengalaman yang menarik selama menjadi bahasa isyarat yaitu baru pertama kali di Kediri, tepatnya sejak dua tahun lalu karena bahasanya susah dan berbeda antara tempat kelahirannya dengan Kediri sehingga dirinya perlu adaptasi.
Saat mengajar Sekolah Luar Biasa (SLB) di Sidoarjo, anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku tengah hamil di tahun 2018.
Karena suaminya punya rumah di belakang RSUD Kabupaten Kediri, dirinya harus rela pergi dan pulang setiap hari dari Kediri menuju Sidoarjo. Dengan keadaan hamil sampai 9 bulan, dia tetap semangat mengajar dan tidak pernah mengeluh.