Tragedi Kanjuruhan
PWNU Jatim: Wajib Copot Kapolda dan Kapolres Malang, Pengurus PSSI Mundur Terkait Tragedi Kanjuruhan
Kapolri wajib mencopot Kapolda Jatim dan Kapolres Malang, itu sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan," tandas Gus Salam.
TRIBUNMATARAMAN.COM - Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam mendesak Kapolri agar cepat bertindak terkait tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 suporter Arema FC.
Gus Salam meminta pada pimpinan Polri perlu memberikan/mengambil sikap tegas pada Kapolda Jatim serta Kapolres Malang.
"Kapolri wajib mencopot Kapolda Jatim dan Kapolres Malang, itu sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan," tandas Gus Salam.
Gus Salam juga meminta agar mengungkap detail tragedi berdarah itu.
Mengingat, Polri disebut Gus Salam harus turut bertanggungjawab.
Sebab, pihak kepolisian merupakan penanggung jawab keamanan dan ketertiban berlangsungnya pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Sebelumnya, Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta sempat dikaitkan dengan rekayasa atas kasus kematian Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
Irjen Nico diduga terlibat menskenario baku tembak atau merekayasa kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo,
Nama Kapolda yang santer dikaitkan dengan rekayasa kematian Brigadir J yakni Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen Panca Putra, dan Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta.
Investigasi Libatkan FIFA
Tidak itu saja, Gus Salam juga minta pemerintah membentuk tim investigasi dengan melibatalkan FIFA, aparat penegak hukum, ahli yang independen dan Komnas HAM.
"Pemerintah harus mengungkap tragedi ini sampai tuntas hingga akar masalahnya," tandasnya.
Selain minta pertanggungjawaban Polri, Gus Salam juga minta pengurus PSSI bertanggung jawab atas tragedi di Stadiij Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
Dia menyebut, PSSI sebagai penyelenggara liga perlu bertanggungjawab.
"PSSI wajib bertanggung jawab. Semua pengurusnya harus mundur. Itu sebagai bentuk respect terhadap korban dan keluarganya," katanya dikutip dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10/2022).

Aremania Megaluh
Fans Aremania Megaluh, Jombang berduka. Salah satu fans Aremania dari Kota Santri, Muhammad Irsyad Aljuned (18) ikut menjadi korban ganasnya tragedi Kanjuruhan.
Jasad Aremania yang masih tercatat sebagai siswa SMKN Kudu, Jombang ini dimakamkan di pemakaman umum Dusun Mernung Lor, Desa Sumbernongko, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, Minggu (2/10/2022).
Irsyad adalah pelajar kelas XII SMKN Kudu.
Pemuda ini adalah salah satu korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan usai laga pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya yang merenggut ratusan korban jiwa.
Kesedihan mendalam dirasakan keluarga saat pemakaman korban tragedi Kanjuruhan.
M Arif Junaedi, ayah korban tak kuasa membendung kesediahannya saat melihat jenazah anak pertamanya itu secara perlahan diturunkan ke liang lahat.
Tak hanya dia, Kesi Ernawati ibu korban tampak meneteskan air mata meratapi kepergian anaknya secara tragis tersebut.
Ia terlihat menangis tersedu-sedu di atas pusara anaknya dalam kondisi guyuran hujan sore itu.
Arif mengaku masih tak percaya anaknya meninggal dalam musibah di Kanjuruhan.
Saat kejadian, dia sedang bekerja di Tulungagung. Ia mendapat kabar jika Irsyad belum pulang dari menonton pertandingan bola di Kanjuruhan.
"Saya posisinya kerja di Tulungagung ditelepon ada musibah di Kanjuruhan saat itu (Korban, Red) belum ketemu itu sekitar pukul 03.00 WIB," ujarnya saat ditemui di rumah duka, Minggu (2/10).
Menurut dia, pihak keluarga dibantu relawan mahasiswa berupaya mencari hingga akhirnya mendapati
korban ditemukan di Rumah Sakit Wava Husada, Kabupaten Malang.
"Kondisinya kritis dan meninggal di rumah sakit Wava Husada, Kepanjen karena meluber banyak korbannya sehingga tidak terkontrol," ungkapnya.
Ia menceritakan Irsyad ikut bergabung dalam fans Aremania Megaluh Jombang dan seringkali menonton laga Arema FC di Kanjuruhan.
Korban sebelumnya berangkat bersama adik kandungnya, M Yaziid Novel Al Bastommy (15) mengendarai motor Vario dari Jombang menuju Malang, pada Sabtu pagi sekitar pukul 07.30 WIB
Setibanya di Malang, Irsyad bersama dua saudaranya sebaya yakni satu pria dan satu wanita menuju ke Stadion Kanjuruhan.
Nahas ketiga korban yang merupakan satu kerabat ini meninggal akibat kekurangan oksigen sesak napas karena gas airmata, desakkan-desakan hingga terinjak-injak saat hendak keluar stadion.
"Ya masih satu keluarga yang meninggal kakaknya dari Tulungagung namanya Haikal kelas 1 SMA dan di Malang Astrid kelas 2 SMA kalau Irsyad kelas 3 SMA," ucap Arif.
Kondisi korban mengalami luka lebam di bagian kaki, dada bahkan wajahnya membiru seperti gosong.
"Kondisinya luka di kaki, memar di dada dan wajahnya seperti gosong,
membiru karena terkena gas airmata, ya ketiganya meninggal yang satu cewek lebam di dada dan pipi kiri," bebernya.
Arif sempat mendapat firasat buruk sebelumnya sebelum anaknya pamit untuk menonton pertandingan bola di Stadion Kanjuruhan.
Pihak keluarga sempat melarang Irsyad berangkat Magrib untuk menonton laga Derby Arema FC vs Persebaya Surabaya.
"Firasat ada daun hijau menempel di baju malam itu saya posisinya kerja di Ngunut Kabupaten Tulungagung tidak lama saya dapat kabar ini," pungkasnya. (Mohammad Romadoni).