Berita Tulungagung
Kekeringan di Tulungagung Meluas, BPBD Setiap Hari Memasok Air Bersih ke Daerah Terdampak
Jumlah desa yang mengalami kekeringan di Kabupaten Tulungagung terus bertambah. BPBD makin mengintensifkan bantuan air bersih.
Penulis: David Yohanes | Editor: eben haezer
TRIBUNMATARAMAN.COM - Jumlah desa yang mengalami kekeringan di Kabupaten Tulungagung terus bertambah.
Jika sebelumnya hanya Desa Pakisrejo, Kecamatan Tanggunggunung, kini Desa Tenggarejo yang ada di sebelahnya juga ikut kekurangan air bersih.
Pengiriman pasokan air bersih ke dua desa ini sudah dilakukan sejak 9 September lalu.
Sebelum bantuan ini tiba, warga telah bersiap dengan aneka alat penampungan air, seperti galon, jeriken dan ember.
Air kiriman ini terutama untuk kebutuhan konsumsi, yaitu untuk masak dan air minum.
"Selama masyarakat masih membutuhkan air bersih, kami siap mengirimkan. Berapa pun kebutuhannya akan kami bantu," ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Tulungagung, Nadlori Alwi.
Sementara wilayah lain yang mulai merasakan kekeringan ada di Kecamatan Kalidawir, yaitu Desa Karangtalun dan Desa Kalibatur.
Untuk mengatasi kekurangan air bersih, BPBD menyediakan tandon penampungan air beserta jeriken.
Di Kalibatur ada 3 buah tandon air dan 100 jeriken, sedangkan di Karangtalin ada 2 tandon dengan 100 jeriken.
Tandon-tandon ini dimanfaatkan untuk menampung air dari sumber yang dikelola Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM).
Saat mulai kesulitan air dari saluran HIPPAM, air dari tandon ini diharapkan bisa membantu.
"Di Pakisrejo juga kami bantu menyediakan 100 jeriken air. Setiap hari kami pasok sesuai kemampuan daya tampung mereka," sambung Alwi.
Untuk mengakses bantuan air bersih ini, pemerintah desa setempat harus melapor lebih ke BPBD.
Pemdes membuat perkiraan kebutuhan air bersih untuk warganya.
Atas dasar perhitungan kebutuhan air bersih dari Pemdes ini, BPBD menyusun jadwal pengiriman.
BPBD mengoperasikan dua armada mobil tangki air bersih setiap hari.
Masih menurut Alwi, Desa Pakisrejo dan Tenggarejo selalu menjadi desa yang pertama mengalami kekeringan.
Biasanya permintaan air bersih mulai terjadi pada Bulan Agustus.
"Tahun ini agak mundur karena masih ada hujan saat kemarau. Ini seperti perkiraan BMKG," ungkap Alwi.
Wilayah Tulungagung selatan semakin rawan kekurangan air bersih karena hutannya gundul.
Akibatnya tidak ada pepohonan yang menangkap air selama musim hujan.
Padahal tangkapan air ini yang bisa dimanfaatkan selama musim kemarau.
Selama ini sumur-sumur warga hanya bisa dimanfaatkan saat musim penghujan.
Memasuki musim kemarau, air di dalam sumur ikut mengering.
Kondisi berbeda di wilayah utara Tulungagung, di kaki Gunung Wilis.
Wilayah ini melimpah dengan air, karena hutannya relatif lebih terjaga.
(David Yohanes/tribunmataraman.com)